Quantcast
Channel: 「ユース カジノ」 プロモーションコード 「ユース カジノ」 出金 「ユース カジノ」 出金条件
Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Di Bawah Atap Warteg yang Sama

$
0
0

Nama warteg itu warteg Shinta.

Wartegnya berukuran standar. Dinding luarnya dicat warna biru dengan tulisan “Shinta” warna hitam terpampang besar. Interiornya sederhana. Ga ada air conditioner, sofa empuk, atau pole dancer dengan pakaian menggugah selera. Meski begitu, dalam melayani pengunjungnya, warteg Shinta udah menggunakan teknologi touch screen.

Image0011

Gambar dipinjam dari sini.

Waktu gua nge-kost saat kuliah, warteg Shinta termasuk warteg favorit. Hampir setiap malam, gua dan teman-teman kuliah makan malam di sini. Menunya variatif, rasanya lumayan, dan yang paling penting, harganya pas di kantong mahasiswa.

Meski kami pergi dan makan bersama-sama, namun alasannya bermacam-macam. Cesi, salah satu teman kuliah, suka makan di warteg Shinta karena hanya di sini lah dia bisa pesen nasi bukan 1 porsi. Setengah porsi? Bukan juga.

“Mbak, saya makan di sini dong,” kata Cesi, “Nasinya… seperdelapan aja ya.”

Awal-awal mbaknya suka bingung, gimana cara naker nasi biar bisa pas seperdelapan. Apa dia mesti ambil satu porsi dulu terus dikurangin setengah secara bertahap, atau dia boleh phone a friend untuk menyelesaikan masalah ini? Tapi karena sering, lama-lama si Mbak terbiasa juga. Namun hidup terasa datar jika tanpa ujian. Suatu hari, Cesi menantang si Mbak warteg ke level berikutnya.

“Mbak, nasinya seenampuluhempat ya.”

Lain Cesi, lain lagi dengan Audi. Pemuda asal Bogor ini suka makan di warteg Shinta karena di sinilah dia bisa minta kuah atau bumbu sepuasnya. Biasanya, Audi hanya akan pesan nasi putih dan sepotong tahu goreng. Namun untuk membuat makanannya terasa lebih nikmat, dia akan minta nasinya dikuahin… sama bumbu semua makanan yang ada di warteg.

“Mbak, nasinya satu pake tahu. Sama minta kuah rendang, kuah tuna, kuah ayam, kuah tempe, sama kuah semur.”

“Udah, gini aja?”

“Sama kuah rawon.”

“Udah?”

Sama kuah sop.”

“…”

“Mbak, kok saya ga ditanya lagi?”

“…”

“Mbak, saya masih mau nambah kuah lho ini.”

Dan si Mbak pun pura-pura mati.

Dengan menu kayak gini, Audi hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 1,500,- aja. Seribu untuk nasi dan lima ratus untuk tahu. Kuahnya? Gratis. Kalo bisa nasi sama kuah, gua rasa Audi akan memilih opsi itu. Tapi atas dasar asas ga enak sama wartegnya, maka Audi menambah satu tahu pada nasinya. Tahu diri.

Audi ini emang terkenal perhitungan sekali dalam memilih makanan. Pernah suatu hari kami ramai-ramai ke mall karena jam kuliah yang lagi kosong. Saat jam makan siang, kami lalu masuk ke sebuah restoran cepat saji. Gua ga akan sebut nama restorannya. Inisialnya sih AW. Menurut Audi, AW ini tergolong mahal. Jadi, Audi mengusulkan untuk ke restoran cepat saji lainnya, yang berinisial KFC. Masalahnya, kami ga tau di mana KFC berada di mall itu. Audi pun masuk ke dalam AW, lalu dengan kasualnya, bertanya,

“Mbak.”

“Ya, Mas? Mau pesan apa?” respon si Mbak dengan sigap sambil mengeluarkan nampan dari kolong.

“Saya mau nanya.”

“Ya? Mau nanya menu yang mana, Mas?”

“KFC di mana ya?”

“…”

“Mbak?”

“…”

“Mbak, saya ga mau nambah kuah lho. Kok masih didiemin?”

Anyhoo,

Gua sendiri suka makan di warteg Shinta karena rasanya lumayan enak. Telor dadarnya renyah, gorengannya lengkap, semur dagingnya gurih. Dan berkat makan di warteg Shinta, gua jadi suka makan jeroan, kayak ampela, usus, dan hati sapi. Jadi kalo ada sapi jantan dan betina berantem, itu mungkin karena gua.

“Kamu jahat!” teriak sapi betina, “Kamu ga punya hati!”

“Iya, aku emang ga punya hati, “jawab sapi jantan, “Udah dipesen sama Roy pake kuah semur.”

Tapi alasan utama kenapa gua suka makan di warteg ini adalah karena kami makan sama-sama. Sambil makan, kami bisa ngobrolin apa aja. Mulai dari siaran di televisi, berita di koran lampu kuning, atau tugas mata kuliah yang baru aja diterima. Ga jarang, satu dua tawa terselip di antara diskusi yang serius, atau wejangan-wejangan bermanfaat yang tersirat di sela lelucon yang terlontar.

Nasi dengan lauk tahu mungkin ga membuat kami sepenuhnya kenyang. Tapi tawa dengan para sahabat selalu bisa mengisi perut kami sampai penuh.

Dan dari pengalaman kami makan sama-sama setiap malam ini, gua jadi belajar satu hal. Meski kami makan sama-sama, latar belakang kami beda-beda. Ada yang ayahnya seorang profesor, ada yang orang tuanya berprofesi dokter, ada yang pedagang, ada juga yang manajer di perusahaan tempatnya bekerja.

Beraneka macam, tapi ketika makan, kami sama.

Sama-sama pesan nasi dan lauk murah meriah. Sama-sama duduk di kursi plastik yang mudah reyot. Sama-sama makan sambil berkeringat di bawah atap seng.

Kalo mereka mau, mereka bisa aja makan di tempat yang jauh lebih nyaman. Kalo mereka mau, mereka bisa aja pesan nasi dan ayam serta daging. Kalo mereka mau, mereka bisa aja ga makan sama-sama.

Tapi meski kami mampu, kami memutuskan untuk ga mau. Karena ga ada yang lebih nikmat dibanding makan nasi dengan tahu sambil tertawa di bawah atap warteg yang sama.

“Dinner is better when we eat together.” – Anonymous.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Trending Articles


UPDATE SC IDOL: TWO BECOME ONE


KASAMBAHAY BILL IN THE HOUSE


Girasoles para colorear


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


Knock knock jokes


RE: Mutton Pies (frankie241)


Hato lada ym dei namar ka jingpyrshah jong U JJM Nichols Roy (Bah Joy) ngin...


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


FORTUITOUS EVENT


Pokemon para colorear


Sapos para colorear


Inspirational Quotes For you and Motivates you


Inggit Quotes and Taray Quotes


Re:Mutton Pies (lleechef)


Ka longiing longsem kaba skhem bad kaba khlain ka pynlong kein ia ka...


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 11.5.1 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 11.8.1 by Vimeo.com, Inc.