Quantcast
Channel: 「ユース カジノ」 プロモーションコード 「ユース カジノ」 出金 「ユース カジノ」 出金条件
Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Cheers

$
0
0

Jumat malam kemarin, gua ketemuan dengan Dendi, Tirta, dan Vinsen. Bagi yang belum kenal mereka, mari gua perkenalkan sejenak.

Dendi adalah seorang pria yang pernah patah hati hebat, dan gara-gara kegalauan itu, gua dan dia sempat berkolaborasi dalam sebuah novel berbau catatan perjalanan. Tirta adalah seorang blogger yang pernah lari 10K membajak Jakarta, dan tulisannya tentang itu sempat viral di dunia maya. Sementara Vinsen adalah… anak gembala. Selalu riang serta gembira.

Perkenalan gua dengan mereka bermula di novel Trave(love)ing. Gua kenal Dendi, Dendi kenal Mia, Mia kenal Gelaph, Gelaph kenal Vinsen, dan Vinsen kenal Tirta. Kalo ini MLM, maka dapat dipastikan gua udah di level Zamrud Khatulistiwa dan dijadikan sari tauladan bagi member-member baru.

Kami semua akhirnya bertemu di sebuah buka puasa bersama di tahun 2012. Sejak saat itu, kelompok ini menjadi dekat. Kami jadi rutin buka puasa bersama setiap tahun, atau sekadar kumpul-kumpul iseng yang biasanya diakhiri dengan karaoke bersama.

Di luar kelompok besar itu, sesekali kami, cowok-cowok berempat ini, suka ngumpul dan berbincang sepulang kerja. Boys night out, begitu bahasa kerennya.

Biasanya, boys night out ini terjadi jika salah satu dari kami ada yang mau bercerita perihal kehidupan asmaranya. Kami biasa saling memberikan pendapat dari sudut pandang yang berbeda. Toh kami semua pernah jatuh cinta, patah hati, atau terjebak dalam kisah cinta yang salah.

Glenn Fredly would love to join this group. He would be so inspired!

Jumat kemarin adalah edisi kesekian dari kumpul-kumpul lelaki ini. Namun kali ini terjadi bukan karena ada yang baru patah hati. Melainkan ada agenda khusus. Kami ingin mengadakan kumpul-kumpul terakhir sebelum salah satu dari kami pergi dari Indonesia. Iya, Tirta mau melanjutkan studi ke Aberdeen, Skotlandia.

Sekitar jam setengah delapan malam, setelah dengan gegap gempita menyelesaikan lemburan, gua berangkat ke daerah SCBD. Awalnya kami janjian di Beer Garden. Tapi mengingat gua belum makan malam, jadi gua mengusulkan untuk mengubah tempat janjian ke sebuah restoran yang masih di bilangan SCBD dan ga kalah asik dari Beer Garden. Restoran Padang Sederhana.

Usulan ini disambut baik oleh yang lain. Maka jadilah kami nongkrong di restoran Padang Sederhana. Jika biasanya kami ngobrol berteman beberapa botol bir dan cemilan ringan, kali ini berganti menjadi empat gelas teh hangat dan sepiring sayur nangka. Jika biasanya kami berbincang dilatari musik-musik terkini, kini berganti menjadi suara dubbing film seri India di televisi. Jika biasanya, “Mas, birnya satu”, kini berganti menjadi, “Udaaa! Tunjangnya tambo cie!”

Things change.

Sambil makan, kami saling bertukar kabar dan cerita. Gua bercerita tentang persiapaan pernikahan, Dendi tentang pengalamannya menjadi ayah, Vinsen tentang pekerjaan dan rencananya mengurangi gaya hidup ga sehatnya, serta Tirta yang 2 hari lagi akan berangkat ke Aberdeen selama satu tahun.

Di momen itu gua tersadar bahwa… sekarang kami beda.

Kami pernah berada di titik yang sama. Menggenggam botol bir yang sama sambil bercerita tentang kisah cinta yang kurang lebihnya pernah kami alami semua. Meracau untuk alasan yang mirip. Dipatahkan hatinya oleh sikap perempuan yang serupa.

Dua-tiga tahun lalu, kami berada di titik itu. Kami pernah resah oleh asmara. Namun perjalanan waktu telah membawa kami ke jalur yang berbeda. Kini, keresahan kami ga lagi sama.

Dendi telah menjadi ayah bagi satu orang putri yang baru aja lahir akhir tahun kemarin. Hatinya udah ga patah. Telah pulih kembali, dan kini seribu persen didedikasikan untuk istri serta anaknya. Bukan gimana cara move on lagi yang penting baginya, tapi mencukupi keluarga kecilnya di rumah yang jadi perhatian nomor satu.

Setelah mengalami roller coaster asmara di tahun 2014, kini Tirta punya agenda yang lebih mendesak untuk ia hadapi. Gelar master udah menanti untuk ia raih di Aberdeen. Bukan dinginnya hati mantan yang sekarang jadi persoalan, tapi dinginnya cuaca Aberdeen yang bikin Tirta khawatir belakangan ini. Bukan gimana serunya mencari gebetan yang menarik baginya, tapi gimana bisa menyelesaikan studi dengan baik yang kini jadi prioritas.

Gua pun begitu. Bukan patah hati lagi yang jadi persoalan, bukan gimana menemukan cinta lagi yang jadi pemikiran. Gua udah menemukan pasangan yang gua yakini bisa mendampingi gua di sisa hidup. Tahun 2015 ini, gua dan si pacar akan menikah. Kini, yang jadi prioritas adalah gimana gua bisa memenuhi biaya resepsi serta membangun rumah tangga di awal pernikahan nanti. No more heartache, hello headache.

Gua, Dendi, Tirta dan Vinsen pernah berada di titik yang sama. We crossed our path. But now, things change.

Di tahun baru ini, hidup telah menanti kami dengan tantangan-tantangan baru. Tantangan yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Tantangan yang mungkin ga jadi keresahan bagi yang lain. Tapi kami masih akan selalu berada di situ. Berkumpul, bercerita, dan berbagi pendapat. Saling mendukung, sebisa kami.

Because that’s what friends are for.

Jadi, untuk Dendi, Tirta, dan Vinsen, selamat menempuh lembaran baru di tahun 2015 ini. Selamat berhadapan dengan tantangan-tantangan yang mungkin belum ada di tahun sebelumnya.

Selamat menjadi ayah, Den. Selamat menempuh studi S2, Ta. Selamat berusaha menjadi lebih sehat, Cen.

Sukses untuk kita semua.

o-BEER-CHEERS-facebook

Cheers.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 283