Quantcast
Channel: 「ユース カジノ」 プロモーションコード 「ユース カジノ」 出金 「ユース カジノ」 出金条件
Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Porsi

$
0
0

Salah satu mimpi terbesar gua adalah bisa dikenal lewat karya tulisan. Bermimpi kalo suatu hari gua bisa diwawancara infotainment di televisi dengan pertanyaan, “Memangnya Roy sejak kapan udah suka nulis?”

Jika ditanya demikian, maka jawaban gua adalah, “Sejak SD. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya memang suka mengarang, khususnya saat keadaan tertekan.”

Setiap ada tugas yang mengharuskan gua untuk mengarang cerita, gua bisa minta kertas lebih saat teman yang lain masih berkutat dengan kalimat ‘pada suatu hari’. Bercerita lewat tulisan seperti manifestasi bagi otak bawel gua yang terjebak dalam sikap pemalu.

Iya, gua memang pemalu. Gua lebih banyak terdiam kalo sedang dalam keramaian. Pun jika menjadi pusat perhatian, gua bisa menjadi sangat ga nyaman dengan diri gua sendiri. Menulis jadi seperti terapi buat otak gua yang penuh akan kata-kata yang ga sempat dilontarkan lewat percakapan.

So I thought at that time, writing would fit for me just well. I told to myself that writing was meant for me.

Kegemaran gua akan menulis berlanjut sampai ke jenjang SMA. Gua sempat menulis cerita bersambung tentang Josh, seorang anak band SMA yang ganteng dan istiqomah. Cerita ini digandrungi oleh teman sekelas gua yang selalu menagih seri berikutnya. Dukungan dan dorongan ini yang terus membuat gua melaju di jalan ini.

Begitupun saat kuliah. Gua masih rutin berbagi cerita lewat mailing list teman-teman seangkatan. Cerita keseharian gua yang dibalut komedi jadi santapan renyah yang banyak ditunggu. Dan di saat kuliah ini pula gua berkenalan dengan novel-novel Indonesia yang gua jadikan referensi serta acuan saat menulis.

Mimpi dikenal lewat karya terus gua pupuk. Disuburkan dengan latihan dan referensi yang semakin banyak di pasaran.

Hal ini juga dipicu oleh semakin banyak lahirnya penerbit baru. Gua pun melihat ini sebagai sebuah kesempatan untuk mewujudkan mimpi yang udah lama tertanam. Di tahun 2008, gua nekad mengajukan naskah berjudul “Kancut” ke sebuah penerbit. Long story short, naskah itu rilis dengan judul “The Maling of Kolor” di tahun yang sama.

Waktu buku itu rilis, gua seneng banget. Rasanya pengen gua ngabarin ke seluruh dunia kalo buku gua udah terbit. Gua semangat abis. Karena sepertinya gua berada dalam jalan yang tepat untuk menggapai mimpi gua dulu. Jawaban ‘saya-menulis-sejak-SD’ kini seperti makin dekat untuk diucapkan.

Sejak itu, gua terus menulis. Entah untuk menuangkan keresahan, menguji konsep, atau sekedar iseng-iseng mencari uang tambahan. Gua mengusahakan agar setidaknya dalam satu tahun, gua bisa rilis satu buku. Semua demi konsistensi dan eksistensi.

Setelah The Maling of Kolor, lahirlah Doroymon, Luntang-Lantung, Oh Lala Ting Ting, Trave(love)ing, Kasih Tau Gak Yaa?, Rasa Cinta, Setahun Berkisah, DestinAsean, Lontang-lantung, Trave(love)ing 2, Digitalove. Deras meluncur dalam enam tahun karier gua di industri tulis menulis. Kadang gua heran kok ya bisa ketemu waktu menulis sebanyak itu di tengah kesibukan gua sebagai pegawai kantoran.

Tapi ya mungkin namanya belum rejeki, semua karya gua begitu aja. Buku-buku yang rilis bertahan paling lama hanya satu tahun di rak toko-toko buku. Menyentuh segelintir, tanpa pernah meledak di pasaran.

Cape. Letih. Dua hal itu yang gua rasakan setiap melihat pencapaian gua di dunia tulis menulis ini.

Akhirnya, di tahun 2014, gua memutuskan, ya, berhenti aja lah. Rasanya, setelah semua usaha dan pengorbahan yang gua buat, kok rasanya, ya, masih gini-gini aja?

Setelah berbulan-bulan waktu yang gua luangkan untuk menulis, setelah banyak uang gua rogoh untuk promosi, setelah pemikiran dan tenaga gua tuangkan untuk sebuah buku, kok rasanya, ya, masih gini-gini aja?

Apa yang salah dengan usaha gua? Apa yang keliru dari langkah-langkah yang udah gua tempuh sejauh ini? Apa yang berbeda dari mereka yang pencapaiannya bisa lebih baik dari gua?

Berminggu-minggu gua berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Menyalahkan orang lain dan mengeluhkan keadaan sempat terselip di sepanjang proses gua menemukan jawaban tadi.

Sampai di satu titik, gua tersadar satu hal. Tersadar bahwa sesungguhnya bisa aja, dikenal lewat karya memang bukan porsi gua.

Pelajaran matematika, misalnya. Seberapa pun besar usaha seseorang, kalo memang ga bisa matematika, ya ga akan bisa matematika. Belajar siang malam, namun kalo memang bukan bagiannya, ya mentok sendiri. Suka matematika sih boleh aja. Tapi kalo ga bisa, ya jangan dipaksa. Nanti yang ada malah stres sendiri.

Begitupun dengan gua. Mungkin selama ini gua hanya suka menulis. Tapi yang jelas, besar karena menulis bukanlah bagian gua. Itu bukan porsi gua.

Ada orang-orang yang seperti udah digariskan untuk menjadi hebat karena karyanya. Ada orang-orang yang nge-twit “eaaa” aja, retweet-nya bisa ribuan. Ada orang-orang yang bisa mencukupi hidupnya lewat karya dan tulisan.

Dan harus diakui, gua bukanlah orang-orang itu.

Maka, sejak tahun 2014, gua memutuskan untuk berhenti berkarya lewat tulisan.

Menyerah mungkin kata yang terngiang pertama di kepala. Tapi bagi gua, ini hanya sebuah momen yang menyadarkan kalo besar karena menulis bukanlah jalan gua. Bahwa dikenal luas lewat karya, bukanlah porsi gua.

Bahwa seberapa besar apa pun usaha gua, kalo memang bukan porsinya, ya ga bisa dipaksa. Sekeras apa pun dorongan gua agar ini berhasil, kalo memang bukan jalannya, ya bukan jalannya.

Jadi, gua rasa ini adalah langkah yang tepat. Gua rasa tahun 2014 adalah waktu yang tepat bagi gua untuk berhenti menulis buku.

Kini, waktu yang dulu gua luangkan untuk menulis, bisa gua alihkan untuk hal lain. Membentuk perusahaan kecil-kecilan yang bisa membukakan kesempatan untuk orang-orang di sekitar gua. Mencoba berjualan kaos, sebuah usaha sampingan yang sempat gua cita-citakan juga saat sekolah dulu. Atau memfokuskan diri di kantor, yang memang udah bisa mencukupi kebutuhan hidup gua selama ini.

Mungkin hal-hal baru tadi adalah jalan yang digariskan untuk gua. Mungkin gua bisa lebih bermanfaat di sana. Mungkin berhenti berkarya lewat tulisan memang sebuah keputusan yang tepat.

Jika suatu hari, setelah semua daya dan upaya, ternyata masih mentok juga, gua hanya perlu disadarkan kembali, bahwa setiap manusia memang punya porsinya masing-masing.

Namun sampai hari itu datang, ijinkanlah gua untuk tetap berusaha.

“There’s nowhere you can be that isn’t where you’re meant to be.”  ― John Lennon



Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Trending Articles


Girasoles para colorear


mayabang Quotes, Torpe Quotes, tanga Quotes


Tagalog Quotes About Crush – Tagalog Love Quotes


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


Tagalog Quotes To Move on and More Love Love Love Quotes


5 Tagalog Relationship Rules


Best Crush Tagalog Quotes And Sayings 2017


Re:Mutton Pies (lleechef)


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


Sapos para colorear


tagalog love Quotes – Tiwala Quotes


Break up Quotes Tagalog Love Quote – Broken Hearted Quotes Tagalog


Patama Quotes : Tagalog Inspirational Quotes


Pamatay na Banat and Mga Patama Love Quotes


Tagalog Long Distance Relationship Love Quotes


BARKADA TAGALOG QUOTES


“BAHAY KUBO HUGOT”


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.