Ketika traveling, baik sama keluarga ataupun sama teman-teman, gua selalu menginap di hotel yang enak di hari terakhir sebelum pulang. Ga cuma nginep, makanpun begitu. Kalo hari-hari sebelumnya gua makan sepotong sosis so nice buat sarapan, maka di hari terakhir gua akan makan lebih enak. Satu toples sosis so nice. Siapa tau pulang-pulang ke Jakarta, gua bisa angkat besi atau minimal bisa joget a la SMASH.
Taktik ini bertujuan untuk menciptakan kenangan yang baik tentang petualangan ataupun destinasi traveling kali itu. Tidur dan makan enak di hari terakhir pastinya akan meninggalkan kesan yang baik untuk diingat.
Jadi kalo ditanya, “Gimana kemaren traveling ke Zimbabwe?”
Karena hanya punya ingatan jangka pendek, gua akan menjawab, “Zimbabwe? Enak! Hotelnya bagus, makanannya juga enak-enak!”
“Meski cuacanya kayak di neraka dan orang-orangnya ada yang kanibal, enak?”
“Enak! Hotelnya bagus, makanannya juga enak-enak!”
Ga terkecuali saat tanggal 16-20 Agustus kemarin, saat gua, pacar, dan keluarga jalan-jalan ke Surabaya. Di hari terakhir, kami menginap di sebuah hotel yang lumayan berkesan. Namanya Artotel. Hotel ini adalah rekomendasi kerabat yang tinggal di Surabaya. Katanya, lokasi hotel ini berada di pusat kota, dekat dengan titik-titik keramaian Surabaya, jadi kalo malam-malam mau jalan bisa dengan mudah ke sana kemari. Letaknya di jalan Dr. Soetomo No. 79-81. Kalo penasaran, bisa juga telpon ke (031) 568-9000.
Begitu sampai di depan hotel, perasaa gua ga enak. Tebakan gua, harga nginep di sini akan juta-jutaan per malamnya. Dilihat dari konsep dan penampilannya, sepertinya kejadian saat gua salah masuk hotel di Filipina bakal terulang lagi (Belum tau ceritanya? Baca deh di #DestinASEAN).
Hotelnya emang ga gede sih. Ga kayak Grand Hyatt atau JW Marriot. Bentuknya mirip dengan hotel budget pada umumnya: susunan ruko-ruko yang dijebol jadi satu. Tapi begitu kita membuka pintu lobby-nya, gua berasa serem. Ga ada bau-bau budget sama sekali!
Lobby-nya ditata asimetris. Kursi-kursi dengan bentuk yang ga kongruen, lukisan-lukisan nyentrik, serta ornamen yang jarang terpajang pada hotel budget, menyambut gua yang penuh decak kagum. Karpet yang tersusun dari bahan-bahan bekas digabung dan coretan-coretan pada dinding ga membuat lobby menjadi kumuh, malah menjadi seru dan beda banget. Satu kata untuk menggambarkan kesan pertama gua akan hotel ini: seni. Kini gua paham apa arti nama Artotel; gabungan antara Art dan Hotel. Pantas aja ada slogan ini di depan pintu masuk.
Selesai check in, gua langsung menuju kamar pesanan. Hotel ini hanya berlantai 6. Kami memesan 3 kamar dan semuanya berada di lantai 5. Begitu pintu lift terbuka, lagi-lagi gua berkata dalam hati, “Ih, keren banget deh.”
Konsep seni mereka berhasil membuat gua berdecak kagum sekali lagi. Pintu-pintu kamar dibentuk seperti pada film kartun. Goresan cat dan pilihan huruf membuat kita seakan lagi di dunia anak-anak yang ceria. Ditambah lagi lukisan-lukisan nyentrik yang berjajar di sepanjang lorong. Sungguh, Artotel ini hotel yang berbeda.
Tapi gua menahan keinginan untuk mereviewnya jika kekaguman gua terhenti sampai di lobby dan lorong. Yang namanya hotel, semua kesan berpusat di kamar. Jika kamarnya ga nyaman dan senyentrik ornamen lainnya, maka hampir bisa dipastikan gua ga akan mau mereview hotel ini.
Namun saat ini, kalian sedang membaca review Artotel. Itu artinya, kamarnya pewe banget, Bro!
Kasurnya empuk banget. Yang punya masalah sakit pinggang dan punggung akan termanjakan dengan kasur hotel ini. Seprainya pun adem dan nyaman banget. Ga cuma itu, mereka menyediakan empat bantal di satu kamarnya! Bagi gua yang susah tidur kalo ga ada guling, ini sebuah berkah tersendiri.
Dan mereka masih konsisten dengan konsep seni di dalam kamarnya. Setiap kamar memiliki wallpaper yang berbeda-beda yang berwarna-warni. Ga usah khawatir akan kesan kusam, yang ada malah ceria dan seneng mulu bawaannya. Apalagi jendelanya besar, jadi cahaya bisa masuk sempurna ke dalam kamar. Sirkulasi udara dan cahaya jadi terjaga dengan apik.
Bagi yang pergi rombongan dan pengen kamar yang punya connecting door, jangan khawatir. Meski Artotel ga punya tipe kamar seperti itu, sebagai gantinya, mereka punya 2 kamar di setiap pojok gedung yang memiliki fasilitas pintu lorong. Jadi, kita bisa mengunci pintu lorong ini dan membuka pintu kamar masing-masing tanpa perlu merasa khawatir. Satu lorong jadi milik kita sendiri.
Setelah tidur dengan pulas dan puas, besoknya gua buru-buru ingin merasakan breakfast experience di Artotel.
Meski ruang gerak untuk sarapannya ga besar, namun jangan ragukan kelengkapannya. Mulai dari bubur, omelette, sereal, sandwich sampai dengan makanan berat semua ada di sini. Berbagai jenis bakery ada di sini. Kue-kue modern sampai tradisional juga tersedia di ROCA, nama restoran yang terintergrasi dengan lobby Artotel ini.
Puas tidur, puas makan. Puas banget.
Memang harganya sedikit di atas hotel bugdet kebanyakan, namun kesan yang didapatkan seperti kita sedang menginap di sebuah hotel mewah, setidaknya untuk gua. Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan pegawai setempat, katanya sih hotel ini dikelola langsung oleh manajemen yang juga mengelola JW Marriot. Pantes. Harga budget, tapi rasa jetset!
Jadi, punya rencana traveling ke Surabaya dan bingung mau menginap di mana? Artotel Surabaya bisa jadi pilihan yang layak mendapat prioritas.
Cobain deh.
