Quantcast
Channel: 「ユース カジノ」 プロモーションコード 「ユース カジノ」 出金 「ユース カジノ」 出金条件
Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Membeli Pengalaman

$
0
0

Tahun 2013 jadi tahun kedua gua menaikkan intensitas traveling, setelah pada tahun sebelum-sebelumnya, gua hanya menargetkan 2 kali melakukan perjalanan dalam setahun. Di tahun kemarin, gua diberi umur dan rejeki lebih untuk bisa jalan-jalan ke Bali-Lombok-Gili Trawangan, Surabaya-Batu, Palembang, Jepang, dan Bangkok-Pattaya.

Meski berbeda jumlah, tapi yang gua cari saat traveling setiap tahunnya tetaplah sama: culture shock.

Bagi teman-teman yang rutin bermain di blog ini, pasti engeh deh kalo tulisan perjalanan gua itu ya tentang perjalanannya, bukan destinasinya. Meski gua sesekali ngebahas seberapa biru lautan atau tinggi gunung yang gua lihat, tapi seringnya, yang jadi pusat atensi cerita gua adalah perjalanan dan kejutan-kejutan akan budaya yang gua temui di sepanjang jalannya. Bisa cerita tentang apesnya gua duduk bersebelahan dengan orang Nepal bau kari di pesawat, atau noraknya gua ngeliat toilet canggih yang lampunya bisa kedap-kedip sendiri.

It’s all about the journey, not the destination.

Ada beberapa hal yang bisa membuat kita dengan mudah merasakan culture shock selama lagi traveling. Lewat postingan kali ini, gua mau bagi beberapa tips tentang hal itu. Cekidot.

1. Makan

Sebagai gerombolan perut buncit, gua selalu nyobain makanan khas daerah setempat. Misalnya kalo lagi jalan-jalan ke Palembang, ya masa makan nasi goreng telor ceplok? Itu mah depan rumah juga ada. Kalo ke Palembang, ya kudu nyobain Pempek, dan jika memungkinkan, cari restoran Pempek yang enak dan ga buka cabang di kota lain biar makin terasa khas-nya.

Yang perlu diingat juga, jangan cuma nyobain 1 makanan khas. Kita kudu nyicip 2-3 makanan khas lainnya. Dari situ, kita bisa menarik kesimpulan, bahan apa yang mereka prioritaskan dalam memasak, rempah macam apa yang sering mereka gunakan, atau lauk apa yang kudu ada di setiap hidangan. Contohnya di Palembang, berbagai jenis makanan banyak menggunakan cuka. Apa-apa dicukain, apa-apa dicukain. Terserah lah, cuka-cuka yang masak.

Selain nyobain makanan khas setiap traveling ke luar negeri, gua juga selalu menyempatkan diri untuk nyicip cheese burger salah satu restoran cepat saji. Di saat para traveler seperti mengharamkan makan fast food saat jalan-jalan, gua malah bersedia suka rela untuk makan burger. Karena dengan makanan yang sama, diproduksi oleh restoran yang sama, maka yang jadi variabel pembeda hanyalah bumbu dan cara penyajian. Perbedaan semakin terasa saat komponen lain dibuat sama.

Di Kuala Lumpur misalnya, daging cheese burger di sana terasa seperti obat batuk. Sementara di Thailand, yang terasa seperti obat batuk justru minuman bersodanya. Di Jepang, daging cheese burger jauh lebih lebar daripada rotinya. Membuat harga yang lumayan mencekik menjadi dapat dimaklumi.

Satu restoran cepat saji, belasan variasi. Menarik bukan?

2. Tanya

Selain mengandalkan peta dan gadget, gua juga sering ngobrol dengan orang lokal untuk menanyakan lokasi sebuah tempat. Bertanya di mana letak toilet terdekat adalah salah satu pembuka yang biasa gua gunakan. Dari situ, jika orang yang ditanya cukup terbuka, tanyalah di mana letak keriaan yang asik atau objek-objek wisata yang unik. Siapa tau kita bisa pergi ke titik-titik yang belum banyak dikunjungi oleh turis lain.

Salah satu kebiasaan gua saat traveling adalah berbelanja di toko lokal. Melihat barang apa yang mereka jajakan, media apa yang mereka pakai untuk membungkus, dan bagaimana keuletan mereka menghadapi pembeli yang hobi nawar, jadi keasikan tersendiri buat gua.

Jangan khawatir kalo bahasa asing kita ga begitu bagus. Kebanyakan orang luar ga grammar nazi terhadap turis kok, jadi jangan malu apalagi galau. Selama mereka ngerti apa yang kita maksud, mereka akan bantu untuk jawab.

Dan ingatlah, saat semua bahasa ga berhasil, selalu ada opsi terakhir yang pasti sukses. Bahasa Tarzan. Auwo.

3. Lakukan

Setelah makan dan bertanya, gua juga biasa melakukan hal-hal yang menjadi kebiasaan orang lokal. Naik kendaraan umum bersama penduduk setempat adalah hal paling mudah dan paling sering gua lakukan. Nyobain gimana cara beli tiket, melihat kebiasaan penumpang, dan menebak-nebak omset satu hari mereka, jadi objek wisata yang seru buat gua.

Menurut gua, hal-hal kayak gini bisa jadi pembelajaran yang menarik. Siapa tau bisa dipelajari dan diterapkan saat kita kembali ke Indonesia.

Selain segi modern-nya, gua juga selalu menyempatkan diri untuk nyobain kegiatan tradisionalnya. Kayak di Kyoto, gua ikutan lempar koin ke mangkuk kuil, yang konon katanya, jika berhasil masuk, semua doa kita bisa terkabul. Meski ada bau-bau “konon katanya” di belakang kegiatan tadi, gua sih tetep ngelakuin tanpa mempedulikan mitos itu. Simply, because I don’t have to believe it and I do it for fun.

Just for fun.

Nah, ngomong-ngomong soal culture shock saat traveling…

Beberapa waktu lalu, pas lagi main-main ke blog Takdos, gua nemu sebuah situs baru yang kayaknya bakal mempermudah para traveler untuk menikmati perbedaan budaya. Nama situsnya withlocals.com. Situs ini dikembangkan oleh Belanda namun basis destinasi yang mereka sediakan saat ini berfokus di Asia, khususnya Asia Tenggara, dan tentu saja, Indonesia.

Sesuai namanya, withlocals.com memungkinkan kita untuk bersinggungan langsung dengan penduduk setempat di destinasi yang kita tuju. Serunya lagi, withlocals.com menggawangi 3 hal yang gua sebutkan di atas: kuliner, perjalanan, dan aktivitas. Dan withlocals.com menyediakan kesempatan bagi kita untuk melakukan ketiga hal tadi bersama penduduk lokal.

Dengan bantuan withlocals.com, lu bisa nyobain makanan khas yang dimasak dan disajikan langsung oleh penduduk setempat. Lu bisa juga jalan-jalan ke objek menarik dan diantar langsung oleh warga lokal. Atau lu bisa melakukan aktivitas unik bareng-bareng masyarakat sana. Pastinya seru, fun, dan memorable.

Menariknya lagi, situs ini peer-to-peer, jadi berfungsi mempertemukan pihak yang membutuhkan (demand) dengan pihak yang menyediakan jasa (supply). Jadi, situs ini ga hanya bermanfaat buat para traveler yang nyari kearifan lokal, tapi juga menyediakan peluang bagi mereka yang ingin menjadi host untuk mendapatkan dana tambahan.

Misalnya lu bisa masak, lu bisa jadi host di withlocals.com ini dan menjajakan makanan khas lokal versi lu ke pengunjung yang berminat. Atau kalo lu tau spot-spot menarik yang jarang orang tau, jangan ragu buat ikutan di withlocals.com dan tunjukkan pada turis mancanegara sisi lain dari kota lu. Mayan lho, penghasilan dari sini bisa buat nambah-nambah uang bulanan. Ya kan?

bali

Salah satu aktivitas lokal yang dapat diperoleh di withlocals.com: The Mystical Martial Art of Mepantigan

Menurut gua, withlocals.com itu situs yang unik dan bermanfaat. Sebuah media yang bisa ngebantu para pencari kejutan budaya kayak gua. Sebuah alat yang bisa mendukung para traveler untuk jalan-jalan dengan senang dan mendapatkan pengalaman baru yang ga terlupakan.

Sebuah konsep baru yang memungkinkan para pelancong bukan hanya membeli barang, tapi juga, membeli pengalaman.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 283

Latest Images

Trending Articles


Doodle Jump 3.11.34 by Lima Sky LLC


tagalog love Quotes – Tiwala Quotes


Patama Quotes – Tanga love tagalog quotes


Inggit Quotes and Taray Quotes


Re:Mutton Pies (lleechef)


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


Vimeo Create - Video Maker & Editor 1.5.2 by Vimeo Inc


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 11.6.1 by Vimeo.com, Inc.


Doodle Jump 3.11.35 by Lima Sky LLC



Latest Images