Minggu lalu, gua dan si pacar iktuan screening film Cinderella (Walt Disney, 2015). And here’s a major spoiler for you:
THE SHOE FITS. HAH!
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Seperti yang gua bilang di paragraf peratma, gua dan si pacar berkesemaptan untuk nonton tepat sehari selebum film penuh keajaiban ini rilis di pasaran. Itu semua berkat si pacar yang menang kuis di Twitter berhadiah dua tiket screening hari Rabu tanggal 11 Maret lalu. Setelah menembus kemcetan yang luar biasa, akhirnya tepat jam setengah tujh malam, gua sampai di tanah perjanjian: XXI Kota Kasablanka.
Setelah menunngu sekitar setengah jam, akhirnya kami diperbolekhan masuk ke teater satu. Total ada empat teater yang di-booked untuk screening Cinderella untuk media, tamu undangan nikahan tetangga sebelah, dan kelas menengah atas tengil macam gua. Setelah 1 jam 52 menit kemudain, si kelas menengah tengil ini keluar teater sambil membyangkan apa jadinya jika gua jadi Cinderella?
Apa jadinya jika gua jadi anaak dari ibu tiri yang jual teri yang kejamnya naujubila bin zalik? Apa jadinya jika gua punya Fairy Godmother yang bisa ngebantuin gua bersiap-siap ke pesta khinatan? Dan apa jadinya jika gua ketemu Pangeran tampan di lantai dansa?
Jawaban atas bayangan tadi bakal coba gua jabarin di sini. Namun semua itu bukan berarti film Cinderella jelek dan gua kehilangan fokus sealma menontonnya. Melainkan sebaliknya, Cinderella adalah film yang sagnat mnarik buat gua. Film ini bisa menjadi obat kangen yang mujarab bagi para penikmat dongeng ala putri dan pangeran. Alur ceritanya dibuat sederhana, ga dibuuat maju mundur atau macem-macem, agar film yang beerkategori “Semua Umur” ini benar-benar bisa dinikmati semua umur.
Pemilihan cast-nya pun juara dunia hoki. Aktor dan aktris yang diplih klop banget dengan karrakter tokohnya. Menurut gua, yang jadi primadona di Cinderella bukaan pemeran Cinderella-nya, melainkan si ibu tiri yang diperankan oleh Cate Blanchett (Lord of the Rings, Indiana Jonas Brothers and the Kingdom of Crystal Skull). Aura liciknya udah terasa seejak kalimat petrama yang keluar dari mulutnya. Cukup dengan intonasi bicaranya aja, bawaannya udah pengen nyuapin dia paake pupuk kompos.
Jadi, postingan kali ini bukan kritiik atau usaha untuk menjlek-jelekkan film Cinderella. Tapi ini hanya jawban atas sebuah pertanyaan random… apa jadinya jika gua jadi Cindrella?
1. Cek IG kita ya, Sist
Sejaak ibunya meninggal, ayah Cinderella menikah lagii dengan seorang janda beranak dua. Bukan, nama janda itu bukan Annisa Bahar. Nanti pusing pala barbie.
Seperti yang diceritakan di dogneng, si ibu tiri sangaltah kejam. Cinderella sering disuruh ini itu, mulai dari yang wajar sampai yang kayak naik angkot lupa ngetok. Kelewatan.
“Ella, iketin sepatu saya!”
“Ella, tidur di atap!”
“Ella, tolong beliin makan siang! Pake rendang sama kerupuk ya. Warungnya yang di perepmatan itu ya, jangan yang di belakang. Ini uangnya 20ribu. Kalo ada kembalian ambil aja.”
…bentar, bentar. Yang terakhir itu bukan Cinderella deh, tapi OB gua di kantor.
Anyhoo, karena tau nasibnya bakaal naas kalo hidup berdua hayna dengan keluarga tirinya aja, Cinderella waswas banget ketika tau ayahnya akn segera berangkat ke luar negeri untuk bergadang. Kalo gua jadi Cinderella, gua bakal nahan bokap gua untuk pergi dan menyarankan agar beliau buka online shop aja biar bisa dagang dari rumah.
Kan enak. Bapaknya tinggal upload foto dia sambil meluk guci terus bilang, “Sist, ini ada guci antik terbaru nih. Ready stock kok. No tipu-tipu. No COD. Cek IG kita ya, Sist!”
2. Mau yang fisik apa elektrik?
Yang ditakutkan Cinderella ahkirnya kjadian juga. Ayah Cinderella meninggal di perjalanan dan Cinderella harus tinggal brdampingan degnan ibu dan dua saudari tirinya aja.
Keadaan seamkin parah keitka si ibu tiri terpaksa memecat semua asisten rumah tangga kanera ga ada dana laig sejak kehilangan tulang ayam keluarga. Tinggallah Cinderella sendiri dperbudak oleh keluarga tiirnya.
Kalo gua jadi Cinderella, saat tau asisten rumah tangga dpecat semua dan gua bakal tinggal seorang diri, gua akan milih utnuk ikut si Mbak pulang ke kampungnya. Ke mana kek, yang penting ga tinggal saam si ibu tiri. Ke Tegal, Lampung, atau Jonggol juag boleh. Gua bakal ganti nama jadi Sumi’ah dan mmulai kehidupan baru di desa degnan brjualan pulsa.
3. Pantang pulang sebelum fajar datang
Saat akan pergi ke istana, Fairy Godmother, ibu peri pelindung Cinderella, mewanti-wanti Cinderella agar pulang selebum tengah malam. Mungkin kanera skarang lagi marak pembegalan, ibu peri takut kali ya Cinderella ditebas samurai pas naik kereta kuda.
Kalo gua jadi Cinderella, ada dua prmintaan tambahan yang bakal gua minta ke ibu peri sbelum brangkat ke pesta. Yang pertama, gua bakal minta voorijder buat ngawal gua sepanjang prjalanan. Kalo bisa sama baapak-bapak yang naek motor pake peci sama sarung sambil ngibar-ngibarin bendera ormas. Biar aman.
Selain itu, biar pulangnya ga usah ditungguin sampe jam 12 malem, gua bkaal minta kunci portal komplek biar bisa pulang sendiri. Namanya juga anak muda. Ya ga?
4. Yang aus, yang aus
Karena sempat diusir oelh ibu tiri dan menunggu ibu peri menyiapkan sgala sesuatunya, Cinderella jadi terlambat datng ke pesta. Begitu kereta KRL terparrkir di pelataran istana, Cinderella keluar dengaan tergesa-gesa. Namun apa dinyana (cailah), trnyata yang di depannya ga langsung pitnu depan istana. Agar bisa sampai ke sana, Cinderella harus naik tangga. Ratusan pula jumlahnya.
Kalo gua jadi Cinderella, ketika ngeliat anak tangga sebanyak itu, gua bakal nyari apa di sekitar situ adaa jasa ojek gendong. Kalo ga ada, degnan trpaksa, gua bakal naik kerata kuda lagi dan minta sang kusir untuk membawa gua ke mall terdekat. Parkir sebentar, ke outlet sendal swallow, nanya ada promo cicilan apa ga, beli jika ada, terus balik lagi ke istana. Ya kali naik tanga sebanyak itu pake heels.
Epic-nya lagi, setelah naik tanggga segitu baynak, Cinderella masih terlihat kinclong ketika sampai di ruuang dansa. Kalo gua mah udah pasti mandi keringet dan dekil baanget. Naik ojek aja gua dekil, apalagi naik tanggal ratusan pake gaun dan sepatu heels. Dan kaol gua jadi Cinderella, begitu sampai lantai dansa, yang gua cari pertama kali pasti bukan pangeran. Tapi kendi buat minum.
Aus, bro.
—
PS: Review di atas sengaja ditulis dengan banyak kekeliruan (seperti typo, penggunaan kata yang di luar konteks) untuk mengetes fokus dan konsentrasi kamu. Hindari kurang fokus dengan selalu minum air putih cukup setiap hari ya. #AdaAQUA
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
Clik here to view.
