Quantcast
Channel: 「ユース カジノ」 プロモーションコード 「ユース カジノ」 出金 「ユース カジノ」 出金条件
Viewing all 283 articles
Browse latest View live

Hal-hal yang Bisa Ditertawakan Selama Nonton The Raid 2

$
0
0

Bukan, bukan, ini bukan kritik, apalagi hinaan terhadap film The Raid 2: Berandal. Gua pribadi suka banget sama film aksi ini, meski kadar sukanya lebih kecil ketimbang film yang pertama.

Jalan cerita The Raid 2 berkembang pesat dibanding film terdahulunya yang sangat tipis dari segi plot. Ketegangan dihasilkan bukan hanya dari adegan laganya, tapi juga dari drama dan intrik yang berkembang di sepanjang film. Pemeran-pemerannya pun ciamik. Arifin Putra, yang berperan sebagai Uco, adalah yang terbaik di antara aktor berkelas lainnya.

Jadi, sekali lagi, postingan ini bukan bertujuan untuk menghina atau mengkritik dengan pedas. Gua hanya ingin mengajak kalian tertawa dari film yang brutal dan berandal banget ini.

The Raid 2 sendiri merupakan lanjutan dari The Raid 1… ya iya lah ya, judulnya aja ada angka 2-nya gitu. Sungguh informasi yang tidak informatif. Kisah The Raid 2 merupakan sambungan perjalanan hidup Rama, si polisi baik budi, yang sebelas dua belas lah sama Casper. Baik banget doi. Bersih, peduli, tegas. Kayak tagline-tagline caleg gitu.

Di sekuelnya ini, ceritanya Rama harus menyamar menjadi anggota mafia demi bisa memberantas korupsi dan membalas dendam kakaknya. Gara-gara itu, Rama harus masuk penjara, padahal sebenernya dia pengen masuk IPA biar bisa jadi dokter.

Daripada berpanjang lebar lagi dan menebar spoiler di sana-sini, kali ini gua hanya akan berbagi beberapa adegan yang menurut gua bisa bikin kita ketawa selama nonton The Raid 2.

Here we go.

the_raid_2_berandal

1. Makan di penjara

Rama sedang di penjara dan akan makan siang. Menu makanannya ayam goreng. Menjadi lucu karena… anak kost aja biasa makan mie instant. Ini di penjara makan ayam, bro. Ngekost di penjara aja apa nih? Udah dapet makan ayam, kamar mandi dalem juga. Cuma kurang bisa cuci gosok aja.

2. Gelut di lumpur

Menurut gua, adegan kelahi di lumpur ini adalah salah satu highlight scenes dari The Raid 2. Yang bikin gua mulai ngikik adalah ketika semua orang gelut di lumpur dengan baju yang sama, dan dengan muka yang kotor dan ketutupan lumpur. Di tengah cepat dan teringganasnya perkelahian, semua orang sekilas terlihat serupa dan mirip.

Gua kan jadi bertanya-tanya, “Ini ngebedain yang mana temen yang mana musuh gimana ya? Apa setiap sebelum nonjok, mesti nanya dulu?”

“Kang, punten.”

“Iye? Kenape?”

“Punten ya, Kang. Saya mau nanya. Akang teh grup Uco apa grup lakinya Nafa Urbach yang udah jarang nongol di tipi itu?”

“Gue geng-nya Uco. Kenape?”

“Oh, ga apa-apa, Kang. Cuma mau mastiin aja. Kalo saya mah dari geng lakinya Nafa Urbach itu. Sekarang saya teh mau ijin mukul ya, Kang. Nuhun.”

Tapi yang paling kocak dari adegan gelut di lumpur ini adalah ketika ada 2 orang narapidana memanfaatkan momen ini untuk melarikan diri. Kenapa kocak?

Pertama, karena 2 narapidana ini melarikan diri dengan susah payah manjat pager tinggi, berduri pula. Digambarkan tangannya sampe ketusuk-tusuk kawat duri yang melingker di atas pager. Pas lagi susah payah manjat pager, tiba-tiba, pintu besi yang ada di sebelahnya… dibuka sama polisi.

Yaelah, pintunya kebuka, coy! Kagak kekunci! Tau gitu kan lewat sana aja sambil Assalammualaikum. Ga usah lah manjat-manjat. Udah gitu ketembak sniper pula.

Selain itu, adegan ini kocak karena 2 narapidana itu manjatnya ke arah kantor penjara! Bego banget ga sih? Kalo lari ya mbok ke arah luar, lah kok ini malah ke arah kantor penjaranya? Gua rasa sebenernya mereka bukan mau kabur, tapi mau numpang fesbuk-an di kantor sipir!

3. Prakoso

Di The Raid 2, Yayan Ruhian ternyata masih kebagian peran. Bukan lagi sebagai Mad Dog seperti di film yang pertama, tapi sebagai Prakoso, pembunuh bayaran kepercayaan Bangun, bos mafia di Jakarta. Biar ada bayangan, gua jelasin dulu kayak gimana Prakoso itu. Penampakannya kayak guru pendekar silat jaman dulu. Rambut dan jenggot ubanan, dibiarkan acak-acakan dengan wajah yang dingin, jarang ekspresi. Pokoknya kalo lu ketemu dia tengah jalan, bawaannya nyesel kenapa ga pernah ikut asuransi jiwa.

Yang bikin gua ngikik adalah adegan dia ketemu Marsha Timothy di sebuah restoran. Awalnya gua pikir Marsha ini majikan Prakoso. Sesial-sialnya ini ibu kost-nya lah. Sampai Prakoso ngomong gini ke Marsha Timothy, “Karim apa kabar? Gimana anak kita?”

EH BUSET! ITU BININYA? CAKEP AMAT, NYET!

Ini dia dapet istrinya gimana coba? Hadiah beli Chiki? Apa pas ijab kabul si Marsha Timothy ditodong golok, lalu dengan tatapan takut, penghulunya bilang ke Marsha, “Iyein aja biar cepet!”? Apa jangan-jangan Prakoso pernah ikut Take Me Out edisi pembunuh bayaran? Gimana coba?

Namun kelucuan yang melibatkan Prakoso belum berhenti sampai di sini. Pertemuan antara Prakoso dan istrinya (yang ga ketauan namanya) itu ternyata sebuah agenda bulanan, di mana Prakoso menyerahkan uang untuk istri dan anaknya. Uniknya, setelah mengambil uang bulanan itu, Marsha komplen habis-habisan ke Prakoso tentang pekerjaannya, dosa-dosanya, dan segala macem.

“Kamu tuh ya, mbok ya ganti kerjaan. Tangan kamu itu penuh darah…”

KALO GITU, KENAPE DUITNYA TETEP LU AMBIL, LUTUNG? PEGIMANE SIH? DASAR MUNAPIK! IYE, MUNAPIK PAKE P! MUNAPIIIK!!!

4. Salju

Oke, kalian pasti udah banyak baca soal salju ini di mana-mana. Adegan ketika Prakoso keluar dari sebuah club, hanya untuk ditusuk dan mandi bersimbah darah di atas tumpukan salju putih. Sebetulnya, sampai di sini, gua belum merasa ada yang aneh. Kepala gua hanya menyimpulkan, “Oh, ternyata setting tempatnya bukan di Indonesia toh. Kayaknya sih di Timbuktu nih.”

Sampai samar-samar terlihat sebuah tulisan, pada gerobak di belakang. LOMIE AYAM.

Kepala gua langsung menggeser sedikit kesimpulannya, “Wah, ternyata orang Timbuktu juga doyan makan lomie ayam. Dan minumnya pasti Ale-ale.”

5. Topi Bunawar

Enough said.

6. Balap-balapan

Menjelang akhir, ada adegan balap-balapan yang lumayan seru dengan lokasi yang tambal sulam. Hal ini bisa gua maklumi karena sesungguhnya sulit untuk mencari jalan yang cocok untuk syuting balap-balapan di Jakarta. Parahnya kemacetan Jakarta sampe ke jalan terkecilnya bisa bikin syuting bisa berantakan.

Kebayang ga apa jadinya kalo mereka syuting di Jakarta di jam pulang kantor? Gua rasa jagoannya bakal turun mobil terus nawar ojek.

“Bang, Senayan ya? Berapa?”

“Lima puluh ribu, Mas.”

“Ga bisa kurang, Ba–”

DOR!

Belum kelar nawar, udah mati ketembak. Epic.

Nah, itu 6 hal yang bikin gua ngikik selama nonton The Raid 2. Meski begitu, 6 hal tadi ga mengurangi kerennya film ini secara keseluruhan. The Raid 2 tetap film aksi yang brutal, penuh darah, berandal, dan penuh intrik.

Buat lu yang mau nonton fim ini, usul gua sih nonton dulu The Raid 1 deh. Itu karena jalan cerita di awal-awal The Raid 2 sangat terkait dengan edisi pendahulunya. Daripada bingung dan nanya ini siapa-itu siapa, mending siapin diri dengan nonton dulu film yang pertamanya.

Kalo lu suka film drama politik atau intrik mafia kayak The Departed, film ini cocok buat lu. Pace lamban dengan alur cerita yang terkesan acak, pas buat lu yang suka film-film yang bikin mikir. Tapi kalo lu berharap film ini intens dengan pukul-pukulan kayak yang pertama, ada baiknya lu mulai menurunkan ekspektasi.

Because expectation kills. Just like a baseball bat, hammer, and karambit.



Mimpi & Perjuangan

$
0
0

Semua orang pasti punya mimpi. Ada yang pengen pergi ke Maladewa, ada yang pengen jadi politikus, ada yang pengen jadi artis, atau ada yang pengen jadi politikus lalu ke Maladewa bareng artis. Wait. That was someone’s dream and I think it was already accomplished.

Gua sendiri punya banyak mimpi. Rasanya rugi kalo punya mimpi cuma satu selama hidup. Lah wong mimpi itu gratis, kenapa ga sekalian banyak aja? Ya ga?

Salah satu mimpi terbesar gua setelah punya penghasilan tetap adalah membeli tempat tinggal sendiri. Benar-benar dari uang sendiri, tanpa bantuan dari mana pun, termasuk orang tua. Menurut gua, punya tempat tinggal sendiri itu ultimate achievement dalam membeli barang, dan juga, sebuah bentuk kemandirian penuh. Punya tempat tinggal sendiri, tinggal sendiri. Masak, masak sendiri, nyuci, nyuci sendiri.

Tapi mari tinggalkan lirik dangdut, dan lanjutkan postingan ini. Pertanyaan yang sering muncul berikutnya adalah: “Kenapa beli? Kenapa ga sewa aja?”

Gua memutuskan untuk membeli karena menurut gua, kalo sebenernya kita mampu, sewa itu sebuah langkah yang sangat disayangkan. Setiap bulannya kita mengeluarkan uang untuk membayar sewa, yang kadang jumlahnya hampir sama untuk kita nyicil beli rumah.

Pemikiran ini ternyata dimiliki mayoritas penduduk Indonesia. Dari grafik yang gua temukan di internet, kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih memilih untuk membeli rumah ketimbang sewa. Mungkin ya karena itu tadi. Kalo sebenernya kita mampu membeli, sewa rumah terkesan seperti “membuang” uang.

beli vs sewa

Gambar dipinjam dari Lamudi.

Hal pertama yang gua lakukan untuk mewujudkan mimpi ini adalah cari-cari info tentang rumah. Berapa kisaran harga per meter di setiap daerahnya, apa plus minus tempat tinggal vertikal seperti apartemen, dan parameter apa aja yang bisa membuat nilai suatu rumah terus meningkat. Karena dalam mengejar mimpi, informasi lengkap tentang mimpi kita adalah langkah awal yang ga boleh diabaikan.

Setelah tau apa yang harus dikejar, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menuju ke sana. Untuk pertanyaan yang ini gua langsung tau jawabannya: kredit di bank.

Dengan harga rumah yang ratusan juta, rasanya gua belum mampu untuk membeli secara tunai. Kecuali kalo rumah seharga seperangkat alat sholat, maka bisa dibayar tunai. Lah ini kan kagak. Sepertinya, jalan satu-satunya untuk gua membeli rumah saat ini adalah dengan menyicil lewat bank.

Toh menyicil rumah ga ada ruginya karena nilai yang kita bayarkan setiap bulannya naik seiring waktu. Jadi nyicil untuk membeli rumah itu untung. Cash flow bulanan ga terganggu, dan rumah yang kita beli nilainya naik terus.

Menurut gua, kalo udah merasa cukup mampu, membeli rumah itu harus jadi prioritas. Itu karena kenaikan harga properti semakin menggila dari tahun ke tahun, bahkan bulan ke bulan. Kenaikannya bukan lagi merambat, tapi melompat. Fenny Rose ga bohong. Harga properti memang selalu naik, meski ga selalu di hari Senin.

Contohnya apartemen yang akhirnya gua beli pertengahan tahun 2012 lalu. Saat gua beli, bentuknya masih rata dengan tanah, belum ada bangunan sama sekali. Sekarang udah hampir jadi dan harganya melonjak nyaris 2 kali lipat dari saat gua beli. Kalo dulu gua ga nekad memutuskan untuk beli, mungkin sekarang gua ga akan pernah mampu beli karena kenaikan harganya gila-gilaan banget. Makanya, usul gua sih, beli rumah itu harus disegerakan bila udah merasa mampu. Daripada zinah… eh, beda konteks ya?

Anyway,

Mimpi ini juga lah yang membuat gua memutuskan untuk bekerja di industri jasa keuangan. Bekerja di bidang yang sebenernya agak beda dari keilmuan gua sebagai seorang lulusan Teknik Industri. Ada hal-hal yang harus gua tempuh demi mencapai mimpi. Mungkin ini salah satunya. Mengorbankan keilmuan demi bisa menginjak titian anak tangga menuju cita-cita. Selama halal dan ga mengusik hati nurani, setiap jalan pasti akan gua tempuh.

Gua memutuskan untuk kerja di industri jasa keuangan karena di tempat kerja gua sekarang, ada privilege terkait pembelian rumah. Salah satu benefit yang ditawarkan perusahaan di tempat gua kerja adalah penghilangan beberapa biaya dan bunga per bulannya yang bisa kurang setengah bahkan lebih dari bunga di pasaran. Lumayan banget kan?

Demi bisa membeli rumah juga lah yang akhirnya mendorong gua untuk menjaga banget pengeluaran gua. Makanya, ga jarang gua terlihat pelit, perhitungan, atau kurang gaya. Menahan diri untuk jalan-jalan jauh atau membeli gadget keluaran terbaru. Berhati-hati dalam mengeluarkan uang yang terkait gaya hidup. Karena gua percaya, hidup itu murah kok, tapi gaya hidup yang bikin mahal.

Hampir setiap hari gua bawa makanan rumah ke kantor. Ke tempat kerja udah kayak mau ke akherat. Bawa bekal. Tujuannya ya di atas tadi. Ngirit demi bisa bayar cicilan apartemen dan hal-hal lain yang menurut gua lebih penting dari sekedar makan enak di mall. Karena gua tau resources gua terbatas, jadi gua harus bisa membatasi diri.

Ya begitulah.

Jika itu jalan yang harus gua tempuh, so be it. Karena gua yakin, ga ada mimpi yang murah dan mudah. Karena dalam memperjuangan mimpi, selalu ada harga yang harus dibayar.

Karena dalam mengejar mimpi, memang perlu perjuangan.


Surreal

$
0
0

Pernah ngerasain momen surreal?

Momen surreal adalah saat di mana lu meragukan apa yang lu rasain ini beneran apa cuma halusinasi. Momen ketika lu bertanya-tanya apa yang lu liat di depan mata ini kenyataan atau hanya sebuah bayang-bayang. Yang membuat kadang lu harus mencubit lengan sendiri sekadar memastikan apa yang terjadi, memang benar-benar terjadi.

Belakangan ini gua sedang mengalami momen itu. Mencubit pipi berkali-kali dan bergumam dalam hati, “This is real. This is happening.”

Tepatnya, momen itu terjadi saat gua mengunjungi situs Youtube dan untuk pertama kalinya, menonton ini.

#FilmLuntangLantung. Di bioskop kesayangan kalian. 8 Mei 2014.


#RWSID #BarengRoy

$
0
0

Semua orang pasti suka kalo bisa melakukan sesuatu secara cuma-cuma. Apalagi kalo sesuatu itu adalah kegemaran kita. Melakukan hobi atau passion tanpa mengeluarkan uang sepeser pun itu kayak mimpi buat sebagian, atau malah, semua orang.

Salah satunya traveling.

Gua pribadi belum pernah traveling gratis yang seluruhnya dibayarin. Pernahnya yang sebagian gratis, sebagiannya lagi ditanggung sendiri. Entah makan, tiket, atau akomodasinya. Sekalinya full gratis, itu pasti dalam rangka kerjaan kantor atau keperluan talkshow. Belum pernah yang dibayarin penuh dengan tujuan pleasure.

Namun pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya kesempatan untuk traveling gratis akan datang dan bisa gua hapus dari bucket list. Tanggal 9-11 Mei nanti, gua diberi kesempatan untuk traveling ke Resorts World Sentosa (RWS) secara cuma-cuma! Gua bisa menikmati The Best Integrated Resort yang ada di Singapura tanpa merogoh kocek sendiri. Bisa memacu adrenalin di Universal Studios Singapore dan menikmati indahnya dunia bawah laut di S.E.A. Aquarium… gratis!

The Lost World - Jurassic Park Rapids Adventure

Hollywood Dreams Parade - Madagascar

Ancient Egypt - Revenge of The Mummy (Facade)

Dengan luas 49 hektar, RWS bukan hanya punya Universal Studios Singapore dan S.E.A. Aquarium, tapi juga menjadi tuan rumah bagi 5 hotel dan tempat penginapan papan atas lainnya. RWS jadi salah satu tujuan utama turis saat mengunjungi Singapura. Buktinya, mereka udah menampung 45 juta pengunjung di 3 tahun pertamanya sejak dibuka pada tahun 2010. Buat info lebih jelas tentang RWS dan atraksi apa aja yang ada di dalamnya, langsung aja deh ke situs Bahasa Indonesia-nya; rwsentosa.co.id.

Resorts World Sentosa udah berbaik hati ngundang gua untuk seru-seruan di sana secara cuma-cuma. Tapi mereka mengajukan satu syarat yang teramat penting:

Gua
Harus
Ngajak
Satu
Orang
Pembaca
saputraroy.com.

Yes, people, they are inviting you too.

Kalian mau ga nemenin gua traveling gratis ke Resorts World Sentosa? Caranya gampang banget kok. Ga melibatkan menyan, lilin, atau sejenisnya. Ga percaya? Simak aja mekanismenya di bawah ini.

1. Wajib memiliki passport yang masa berlakunya minimal berakhir di Januari 2015.

2. Berdomisili di kota dengan bandara yang memiliki penerbangan langsung ke Singapura.

3. Bisa traveling pada tanggal 9-11 Mei 2014 (Jumat-Minggu) dan mau mengikuti rangkaian kegiatan selama di Resort World Sentosa.

4. Wajib follow akun Twitter @rwsentosaID dan @saputraroy.

5. Ceritain ke gua dan temen-temen lu semua, hal tergila/terseru apa yang akan lu lakukan selama traveling di Resorts World Sentosa via social media lu. Contoh hal gila/seru: berfoto a la Pemburu Hantu di depan S.E.A Aquarium, dzikir di Returns of Mummy, atau lari keliling Resorts World Sentosa sambil bawa bendera Slank. Untuk detail atraksi dan keseruan yang ada di RWS, bisa cek situs bahasa Indonesia mereka: rwsentosa.co.id.

6. Penyampaian konten bisa melalui social media apa aja. Boleh di blog, Twitter, Youtube, Instagram, Soundcloud, atau Facebook. Contoh: kultwit pake foto-foto di Twitter, nulis lagu tentang hal gila/seru itu lalu dinyanyiin di Soundclud, nge-post yang seru di blog, buat stop-motion video di Youtube, atau ngelukis yang gokil terus di-upload ke Instagram. Bebas!

7. Konten ga boleh mengandung unsur SARA, pornografi, atau ofensif kepada pihak tertentu.

8. Daftarkan konten kalian dengan menuliskan link social media yang kalian gunakan untuk ikut kompetisi ini di kolom comment postingan di bawah ini, lalu twit dengan mention gua dan @rwsentosaID dan pakein hashtag #RWSID #BarengRoy. Contoh twit pendaftaran: “hi @rwsentosaID @saputraroy! check out my Instagram http://instagram/pkjs3lksjdaslkd! semoga bisa ke #RWSID #BarengRoy!”

9. Kompetisi telah dibuka sejak postingan ini di-publish dan akan ditutup pada Sabtu, 26 April 2014 pukul 23:59 WIB.

10. Pengumuman pemenang akan dilakukan antara tanggal 27-28 April 2014. Keputusan juri bersifat mutlak dan ga dapat diganggu gugat.

Nah ini point pentingnya. Catet ya.

Yang bakal gua ajak travelling gratis ke Resorts World Sentosa adalah yang kontennya paling kreatif dan cara penyampaiannya paling menarik. Jadi kalo cuma ngetwit 1 biji tentang hal gila/seru yang mau lu lakuin di Resorts World Sentosa udah pasti ga akan menang. Hal gila/seru-nya harus kreatif dan terkait Resort World Sentosa, tentunya. Cara penyampaiannya juga harus dibikin semenarik mungkin. Kayak gimana kreatif dan menariknya? I don’t know. Surprise me.

Selain itu, faktor aktifnya peserta mempromosikan konten social media mereka yang dilombakan juga akan gua perhitungkan. Misalnya, sering promo link kontennya di Twitter, Path, atau malah, bikin spanduk. Kalo masih ada yang bingung, silahkan tanya-tanya aja di kolom comment postingan ini. Pasti gua respon.

Gua akan mengajak 1 (satu) orang pemenang untuk jalan-jalan bareng gua selama 3 hari 2 malam pada tanggal 9-11 Mei 2014. Oiya, selama di Resorts World Sentosa, kita ga hanya akan jalan-jalan tapi juga bisa seru-seruan bareng 4 blogger kece plus pembacanya masing-masing.

Jadi gimana, siap ke #RWSID #BarengRoy?


Wawancaur: Suketi Kuncoro

$
0
0

Kamis, 8 Mei 2014, #FilmLuntangLantung bakal rilis di bioskop kesayangan kalian semua.

Dalam rangka menyambut rilisnya film Luntang-Lantung, gua mau nge-wawancaur salah satu pemain yang terlibat di film itu. Seorang aktor baru yang juga pelaku stand up comedy di Indonesia: Muhadkly Acho.

Setelah berulang kali menyocokan jadwal dengan sekretarisnya, akhirnya gua dapet juga kesempatan untuk nge-wawancaur pria ganteng harapan bangsa ini. Di tengah sibuknya Acho menimba air dan menuangnya ke ember, gua berhasil nge-wawancaur pria yang ditampuk untuk memerankan Suketi Kuncoro, sahabat Ari Budiman yang jadi tokoh utama dari film Luntang-Lantung.

Gua sendiri udah sering liat penampilan Acho di atas panggung stand up. Mulai dari opener di Tanpa Batas, Little Man Big Problem, Stand Up Festival, dan yang terakhir saat Provoactive Proactive Stand Up Night 3 awal April kemarin. Kelihaiannya memilih diksi dan memainkan intonasi Betawi, jadi senjata utamanya memancing tawa penonton.

Kemampuannya mengocok perut di atas panggung udah ga diragukan lagi, tapi seberapa lihaikah Acho saat beraksi di layar lebar? Dan kenapa bisa dia yang akhirnya kepilih untuk memerankan Suketi Kuncoro? Dua pertanyaan tadi akan terjawab di wawancaur kali ini.

Wawancaur adalah proses wawancara yang dilakukan secara awur-awuran. Pertanyaan disusun semena-mena dan boleh dijawab suka-suka. Proses wawancaur dengan Acho benar-benar dilakukan via email. Wawancaur diedit sesuai kebutuhan. Gambar dipinjam dari sini. Terima kasih.

muhadkly acho

Halo, Acho! Kesibukan lu sehari-hari sebenernya apa sih?

Halo Roy. Kesibukan gua sehari-hari selain Model Catwalk makan tidur, gua bekerja sebagai Production Head di sebuah digital agency. Terus di luar jam kantor, gua juga sibuk stand up comedy di rice cooker TV dan off air event.

Ceritain dong gimana ceritanya bisa diajak casting dan akhirnya main di film Luntang-Lantung?

Kejadiannya tiba-tiba banget, bisa dibilang ini rejeki gua sebagai anak soleh.

Alhamdulilah…

Jadi suatu hari gua di-mention oleh talent manager sebuah PH untuk ikut casting. Setelah baca sinopsisnya, langsung gua tolak mentah-mentah iyain. Waktu itu, kebetulan PH ini lagi produksi film juga, jadi gua terpaksa casting di lokasi syuting mereka, yaitu… terminal Pasar Minggu :|

Hahahaha.

Ya gitu deh :|

Dari pertama emang udah di-casting untuk Suketi?

Iya, dari awal udah di-casting buat meranin Suketi. Padahal gua udah pede kalo gua yang bakal jadi Ari Budiman, ternyata gua terlalu percaya diri.

Waktu itu saingannya siapa aja, Cho?

Saingannya ada beberapa, karena mereka juga ngadain halal bi halal open casting. Saingan gua itu Tora Sudiro, Lukman Sardi, Nicholas Saputra ga ada yang gua kenal sih.

Gua rasa, gua akhirnya terpilih karena gua ganteng dan aktor papan atas gua cukup punya muka seperti orang Jawa dan bisa akting sebagai mahasiswa yang norak.

Susah ga meranin tokoh Suketi? Secara lu kan Betawi banget, sementara Suketi itu diceritakan tokoh yang Jawa banget.

Awalnya memang susah jadi orang Jawa, karena aslinya gua orang Monaco bukan orang Jawa, bahkan cenderung Betawi.

Tapi karena sutradaranya juga orang Jawa (Fajar Nugros -red), beliau bisa ngarahin gua dan bisa menilai apakah gua sudah cukup Jawa atau belum. Tapi yang tersulit bukan memerankan orang Jawa-nya, tapi akting jadi orang yang agak katrok, karena gua aslinya… gaul katrok banget.

Kalo boleh milih, lu kepengennya meranin tokoh siapa di film Luntang-Lantung?

Ya jelas jadi Ari Budiman lah! Si kampret itu dapet scene romantis sama dua cewek. Nah gua? Kena tamparnya doang!

Hahaha.

Nasib, ya nasib.

Ini kan pertama kali lu main film layar lebar ya, Cho. Gimana rasanya sih?

Perasaan gua biasa aja lah, namanya juga aktor papan atas seneng banget, karena ini pengalaman baru, dan alhamdulillah gua dapet sutradara dan teman main yang asik banget dan bisa diajak diskusi. Jadi gua merasa enjoy banget.

Belum lagi ada scene berenang di danau Toba. Priceless.

Nah, Cho, lu kan juga dikenal sebagai seorang stand up comedian. Apa hal tersebut membantu selama proses syuting?

Cukup membantu, karena sutradaranya memberikan gua ruang untuk menyalurkan syahwat berimprovisasi di sisi dialog dan actingnya. Jadi ngga terlalu scripted.

Ada kejadian lucu atau seru ga selama proses syuting?

Ada, waktu di Medan. Semua orang histeris dan ngejar-ngejar Dimas Anggara. Dia sampai dikawal gara-gara itu. Sementara gua? Boro-boro dikawal, gua bantuin bawa kostum!

Bahahahak!

Sampai akhirnya, ada juga orang yang ngajak gua buat foto bareng. Selesai foto, dia bilang, “Bang, Abang ini siapa?”

X))))))

Dalam hati gua teriak, “KALO ELU KAGAK KENAL GUA, TRUS NGAPAIN TADI LO NGAJAK FOTO BARENG, SETAN?!”

Ternyata dia fansnya Dimas yang ga kebagian foto bareng sama Dimas!

Adegan paling susah buat lu pas syuting, adegan mana, Cho?

Adegan ketika berenang di danau Toba. Susahnya karena dingin abis ujan. Udah gitu gua harus ngambang sambil dialog dan gak boleh outframe. Asu!

Nah, menurut lu sendiri, film Luntang-Lantung itu gimana sih?

Sebelum main, gua baca novelnya dulu, dan gua ngerasa relate banget sama ceritanya.

Premis mahasiswa yang baru lulus dan luntang-lantung mencari kerja dan jati diri itu pasti pernah dilalui hampir semua orang, makanya gua suka banget, karena ini ga mengada-ngada. Real banget. Gua jadi inget jaman gua kuliah tahun lalu 10 tahun yang lalu.

Mimpi dan cita-cita lu di dunia seni peran sendiri gimana?

Buat gua, film adalah potret kehidupan. Kalau bagus, film bisa jadi inspirasi bagi banyak orang. Gua berharap bisa dapat kesempatan lagi sebagai aktor, karena gua merasa dunia ini panggung sandiwara punya keasyikan dan tantangan tersendiri.

Di samping itu, komedi kan luas, tentu gua akan senang sekali kalau bisa berkomedi lewat film selain di atas panggung 17an stand up comedy.

Ada pesan-pesan buat teman-teman yang baca wawancaur ini?

Pesan gua, lo harus nonton film Luntang-Lantung tanggal 8 Mei nanti.

Karena film ini bisa membuat lo bernostalgia ke persahabatan masa lalu, masa kuliah, momen saat lo akhirnya lulus, berjuang cari kerja, percintaan, bahkan konflik dengan diri lo sendiri untuk sebuah pembuktian dan kejujuran.

Lagian, kapan lagi lo bisa ngeliat gua topless berkeringat sambil berenang di danau Toba?


45 Hal yang Bisa Dilakukan Jika Sehari Tanpa Internet

$
0
0

1. Berdebat apa warna langit.

2. Pergi ke mini market terdekat, beli minuman dingin, nongkrong, lalu melakukan nomor 1.

3. Tidur.

4. Bangun.

5. Lalu tidur lagi.

6. Mandi di bawah pancuran dan meratapi nasib.

7. Membaca buku-buku yang udah lama terbeli namun sama sekali belum sempat dibaca.

8. Nonton koleksi DVD yang udah lama terbeli namun sama sekali belum sempat ditonton.

9. Merencanakan liburan ke daerah-daerah baru yang belum terjamah.

10. Tapi jangan daerah rawan konflik juga sih.

11. Hunting foto.

12. Hunting pacar, bagi yang jomblo.

13. Atau combo nomor 11 dan 12.

14. Atau combo nomor 12, gagal, lalu nomor 6.

15. Membuka foto-foto lama dan menelusuri kembali kenangan lama yang pedih dan tersembunyi.

16. Membangun candi.

17. Melanjutkan naskah atau draft tulisan yang lama ga tersentuh, yang tersimpan di folder yang di-hidden bersamaan dengan file-file lain yang tabu untuk diceritakan di hadapan khalayak ramai.

18. Jalan-jalan ke luar rumah sama keluarga dan menghabiskan waktu bersama. Makan enak, ngobrol, atau nonton film keluaran terbaru bareng-bareng.

19. Combo nomor 18 dan 1.

20. Menggemburkan sawah.

21. Menanam palawija.

22. Membantu ayah di ladang.

23. Wait… sepertinya 3 poin terakhir itu terlalu buku Bahasa Indonesia karangan JS. Badudu.

24. Belajar hal-hal baru seperti terbang, membaca pikiran, dan merekrut anggota-anggota X Men lainnya.

25. Bermain dengan hewan peliharaan.

26. Selama peliharaannya bukan unicorn.

27. Atau naga.

28. Ngisi TTS di koran. The good old days.

29. Bermain lempar-lemparan kode dengan gebetan lewat bendera semapur atau kepulan asap. Tapi pastikan kalo gebetan lu itu penggalang pramuka atau seorang yang bernama Achak Chippewa dari suku Timberwolves.

30. Memikirkan bagaimana menciptakan perdamaian dunia.

31. Main tamagochi atau ular tangga.

32. Karaoke!

33. Tapi sebelum karaoke jangan melakukan nomor 6. Atau list lagunya akan seputar lagu-lagu The Script.

34. Atau Dygta.

35. Mengerjakan skripsi, kerjaan, atau segala sesuatunya dengan benar tanpa sempat mengeluhkannya di social media. The good old days.

36. Wisata kuliner. Pergi ke restoran atau warung makan berdasarkan review seorang ahli kuliner terpercaya yang menuliskannya di koran atau majalah.

37. Daftar jadi member MLM, menelpon teman lama, mengajaknya bertemu, menunjukkan foto di depan yacht milik orang lain, dan melakukan prosedur standard member MLM lainnya.

38. Combo nomor 37 dan 6.

39. Mendongakan kepala. Secara kalo ada internet di gadget, bikin kepala kita sering menunduk.

40. Berkeliling kota naik kendaraan umum. Berhenti di tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi. Makan di warung-warung yang belum pernah disinggahi.

41. Main ke rumah nenek. Bersama Wati dan Iwan. Wait... This is JS Badudu all over again.

42. Bertegur sapa dengan tetangga, yang mungkin selama ini kita ga tau seperti apa wajahnya.

43. Selama tetangganya bukan unicorn.

44. Atau naga.

45. Membuat daftar 45 hal yang bisa dilakukan jika sehari tanpa internet lalu mem-post-nya di blog beberapa hari kemudian.

Sejak internet melekat pada handphone, kayaknya kita semua jadi kecanduan, atau bahkan, ketergantungan dengan internet. Ga perlu lagi nongkrong di warnet buat bales email atau chatting sama pacar. Atau ngendap-ngendap di lab kampus buat ngecek Friendster gebetan. Kini semua udah ada di genggaman.

Menurut gua, ketergantungan itu terjadi karena manfaat yang dirasakan dari internet itu gede banget. Internet bisa dipake buat anak muda mencari pasangan, sampai yang tua memilih pekerjaan. Untuk yang gaul belanja baju, sampai yang kutu buku membeli buku. Bagi yang hobi ngobrol dan gemar bersosialisasi, sampai yang suka di rumah nonton film koleksi pribadi.

Internet telah membantu banyak hal dan membuat hidup menjadi jauh lebih mudah. Internet provides them all.

Tapi ternyata masih banyak orang yang belum melek dengan internet. Masih banyak yang pake handphone-nya hanya untuk telepon dan SMS. Atau malah, untuk mengganjal lemari. Bagi kita-kita yang melek internet, Telkomsel memberikan kita kesempatan berbuat lebih dengan menjadi agen internet dan dapet poin yang bisa dituker dengan penawaran-penawaran yang super-menarik. Untuk detailnya, bisa cek di sini - telkomsel.com/genggam-internet/

Nah, sambil jadi agen internet, ikutan juga nih blog competition dari Telkomsel. Caranya gampang kok. Cukup ceritain aja ke gua dan temen-temen lu, sehari tanpa internet versi lu itu kayak gimana sih. Mungkin salah satu dari 45 hal yang gua jabarin di atas bisa jadi inspirasi postingan lu. Detail blog competition-nya bisa kalian baca di sini nih – bit.ly/1i3xd7n.

#GenggamInternet

Gimana, udah paham kan? Apa? Belom? Kalo belom, nih gua kasih link-nya sekali lagi – bit.ly/1i3xd7n. Nah, kalo udah, langsung aja ikutan kompetisinya dan jadilah agen internet! Good luck!


Transformasi Seorang Komedian yang Menggugat

$
0
0

Ada 2 hal yang mengawali kecintaan gua terhadap stand up comedy di Indonesia. Pertama, bit Soleh Solihun di episode perdana Stand Up Comedy Metro TV yang “Dulu mau jadi macan mesti belajar ngilmu ke Banten. Sekarang mah ga usah susah-susah, kalo mau jadi macan, tinggal makan biskuit!”

Bit itulah yang akhirnya membuat gua memutuskan untuk berkelana mencari tau lebih banyak tentang aksi komedi tunggal di Indonesia. Dan pencarian itulah yang membuat gua bertemu dengan hal kedua yang membuat gua semakin suka dengan stand up comedy di Indonesia.

Namanya Sam D. Putra. Atau lebih dikenal dengan penyebutan namanya yang dibarengi akun Twitternya: Sammy @notaslimboy. Gua pertama kali nonton dia berkomedi saat open mic di Es Teler 77 di daerah Jakarta Selatan, tahun 2011 lalu. Saat yang mencoba open mic kebanyakan anak muda, perawakan Sammy udah membuat dia stand out hari itu. Materinya sendiri ringan, keseharian, dan santai.

Namun jangan pernah bandingkan materinya 3 tahun yang lalu dengan materinya saat dia mengadakan stand up special Tanpa Batas Vol. 2: Komedian Menggugat. Pertunjukan tanggal 26 April kemarin jadi ajang transformasi seorang Sammy.

Acara itu sendiri dibuka oleh penampilan komika yang… yang apa ya? Oh, ini aja. Pertunjukan Komedian Menggugat kemarin dibuka oleh komika dengan bit-bit yang paling ngangengin: Rindradana. Iya, ngangenin. Gua belum menemukan komika lain yang punya bit seberani dia, namun dengan cara penyampaian yang sesantai dia. Sayangnya, Rindra jarang tampil, makanya ngangenin banget.

Rasanya sulit untuk membahas bit demi bit milik Rindra secara tertulis di sini tanpa menyebabkan pihak-pihak tertentu tersinggung. Sebenarnya dia ngebahas Manchester United sih… tapi ya sudah lah ya.

Sayangnya, setelah dibuka dengan kampret banget oleh Rindra, momentum agak sedikit turun karena 2 pembuka setelahnya ga seliar Rindra. Materi pembuka kedua yang ke-YKS-YKS-an bikin mood gua agak turun dan makin ga sabar menunggu kemunculan si empunya acara. Setelah opener ketiga turun panggung, akhirnya yang ditunggu pun nongol dari balik tirai.

tanpa batas

Dengan jas dan celana abu, Sammy langsung membuka acara dengan ngegas penuh. Seperti yang gua bilang di atas, jangan bandingkan materi ini dengan materinya saat open mic beberapa tahun lalu. Isu-isu sensitif dengan cara penyampaian yang pokoknya-gue-mau-ngomong, bikin judul acara malam itu bukan hanya sekadar judul, tapi lebih seperti legitimasi.

Hari itu, penampilan Sammy memang tanpa batas.

Ga ada aturan yang membelengu Sammy saat melemparkan gugatan-gugatannya ke penonton. Bodo amat soal ras, persetan dengan agama, cuek bebek sama penguasa. Meski kadang emosinya membuat artikulasinya sedikit tersandung, namun keresahan yang Sammy ingin utarakan masih dapat tersampaikan dengan baik ke penonton.

Di kuartal pertama, Sammy mengajak penonton untuk lebih dekat dengan dirinya, dengan asal-usulnya, dan dengan keluarganya. Salah satunya lewat bit ini.

Gue ini orang Batak dan biasanya orang Batak itu berani-berani. Bukan berani karena benar. Tapi berani karena… ya, karena Batak aja.

Pekerjaan orang Batak itu yang berani-berani tapi halal. Kalau yang di bawah itu biasanya jadi tukang tambal ban. Halal kan? Ya halal lah, kalo urusan nebar pakunya mah bisa bayar orang lain.

Saat Sammy menyelesaikan bit itu, penonton terkekeh-kekeh. Tapi keseruan belum selesai sampai di situ.

Keluarga gue itu Batak middle class lah. Biasanya jadi supir. Contohnya paman gue yang kerja jadi supir bus. Wah dia itu kalo nyupir bus gila banget.

Pernah sekali gue tanya, “Tulang, kenapa ga jadi pembalap F1 aja?”

Kau kira gampang apa? Biasanya aku kan ngebut sambil nanya kenek, “Lae! Kiri gimana?” “Bablas, Bang!””

Graha Bakti Budaya pecah gara-gara bit ini!

Sammy lalu membawa penonton untuk menikmati bit-bit bergizi khasnya. Isu-isu hangat seputar pendidikan dan politik dibawakannya bukan hanya dengan lucu, tapi juga ganas dan berisi. Sekilas, penampilan Sammy bukan seperti orang yang ingin membuat orang lain tertawa, namun seperti orang yang sedang marah-marah dan ingin meluapkan isi hatinya. Opini-opininya dilempar tanpa pandang bulu. Hanya satu hal yang membuat dia sedikit ngerem karena khawatir. Adik iparnya ada di antara penonton malam itu.

Lupakan mantan pimpinan Kopasus. Istri ngambek lebih menakutkan buat Sammy.

Di bagian terakhir, Sammy mengajak penonton untuk menelusuri kembali pencapaian-pencapaiannya. Perihal perubahan-perubahan yang ia alami sejak menggeluti dunia komedi tunggal di Indonesia. Sekarang, ia sering disapa saat di jalan, meski ga semua orang tau namanya.

Biasanya ibu-ibu yang negur dan bilang, “Eh!”

Gue senyum-senyum doang.

Terus dia bilang, “Eh, ini Mas… Ini Mas Stenap Komedi ya?”

Gubrak.

Pencapaian Sammy bukan hanya itu. Saat closing statement, Sammy bilang bahwa baginya bisa berdiri di hadapan 800 orang itu mimpi yang terwujud bagi anaknya. Akan tiba masanya, anaknya mengambil DVD Komedian Menggugat dan menunjukkannya ke teman-temannya, dengan penuh rasa bangga. A priceless achievement.

Anyway,

Jika dirangkum ke dalam 1 kalimat, maka gua akan bilang menonton Sammy malam itu seperti naik jet coaster yang treknya turun terus. Rasanya ngeri-ngeri, tapi di saat yang bersamaan, bisa bikin girang. Tiap bit yang ia lempar kayaknya bisa bikin dia dirajam di tempat, tapi yang merajam bisa aja dirajam balik karena apa yang disampaikan Sammy ada benarnya, dan pastinya, lucu.

Di volume keduanya, Sammy ga butuh Dedi Dukun atau lagu Natalia milik Rano Karno untuk menghangatkan penonton. Dengan bit-bit yang gahar, Sammy sukses membuat penonton duduk ga nyaman di kursinya. Selama 1.5 jam, penampilannya ga kendor sama sekali. Sebuah pertunjukan yang panas.

Akhir kata, gua akan menutup review kali ini dengan sebuah kalimat yang selalu gua tuliskan setiap mengulas penampilan Sammy. Malam itu, Sammy telah mengembalikan arti kata stand up pada stand up comedy. Dan kali ini, ia mengembalikannya dengan cara yang megah dan luar biasa.

Bravo, Mas Stenap Komedi.

“Without continual growth and progress, such words as improvement, achievement, and success have no meaning.” – Benjamin Franklin.


Mei 2014!

$
0
0

Wuih! Ga terasa tahun 2014 udah hampir setengahnya kita lewati. Di bulan kelima ini, gua mau mengajak teman-teman pembaca semua untuk lebih dekat karya terbaru yang melibatkan gua: #FilmLuntangLantung!

Yes, this May is all about the Luntang-lantung movie!

Setelah bulan Oktober 2013 lalu gua banyak membahas tentang novelnya, kali ini gua akan rutin menulis tentang #FilmLuntangLantung. Filmnya sendiri akan tayang serentak di 75 layar seluruh Indonesia pada tanggal 8 Mei 2014. Nonton rame-rame ya nanti!

#FilmLuntangLantung bercerita tentang Ari Budiman yang baru lulus kuliah dan sibuk mencari kerja. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya Ari mendapatkan kerjaan idamannya, namun ia harus membunuh suara hatinya. Sialnya lagi, ia malah melukai hati pacarnya akibat kerjaan idamannya ini. #FilmLuntangLantung disutradarai oleh Fajar Nugros dan dibintangi oleh Dimas Anggara, Dhea Seto, Kimberly Ryder, Muhadkly Acho, dan Lolox.

Kalo kalian penasaran banget, nih tonton dulu trailernya di sini:

Bagi yang udah baca novelnya, kalian bakal nemuin cerita yang beda di filmnya. Ada tokoh-tokoh dan plot baru yang bikin cerita Ari Budiman dan kawan-kawan dalam mencari jati diri jadi semakin kaya dan berkembang dengan menarik. Jadi jangan khawatir, bakal banyak kejutan dan lelucon-lelucon baru di filmnya nanti. Nantikan!

Tanggal 30 April kemarin, gua dan sebagian besar pendukung #FilmLuntangLantung mengadakan press screening #FilmLuntangLantung di 21 Setiabudi dan berlanjut ke press conference di Platter, restoran di mall yang sama. Semua press yang ditanya menyatakan kepuasannya terhadap film ini. Mereka bilang, secara keseluruhan film ini menarik banget dan bisa jadi alternatif tontonan. Kalo ga ada halangan, gua bakal ceritain lengkapnya deh, anggap aja oleh-oleh dari press screening kemarin.

Nah, dalam rangka menyukseskan #FilmLuntangLantung di ranah film tanah air, gua juga bakal ngewawancaur salah satu aktor yang ikut berperan di #FilmLuntangLantung. Setelah kemarin nge-wawancaur Muhadkly Acho yang berperan sebagai Suketi Kuncoro, kira-kira kali ini gua bakal wawancaur siapa ya? Penasaran? Tungguin aja ya!

Rencananya, gua akan ngadain beberapa kali nonton bareng dan kuis-kuis terkait film di sepanjang bulan ini. Pantau terus blog ini atau akun Twitter @saputraroy buat informasi lebih detail.

Seperti biasa, sebelum gua menutup postingan kali ini dengan cover edisi Mei 2014, ijinkan gua untuk merekap perjalanan saputraroy.com di bulan April 2014:

  • Ada 9 postingan di bulan April yang semuanya publish di jam cantik 11:11 WIB
  • Postingan dengan traffic tertinggi di bulan Maret adalah Hal-hal yang Bisa Ditertawakan Selama Nonton The Raid 2 dengan total traffic sampai dengan hari ini sebesar 1,212 views.
  • Referrers paling rame datang dari search engine (Google, Yahoo, Bing, dll.) yaitu sebanyak 3,197 dan peringkat kedua diduduki oleh Twitter sejumlah 1,627
  • Total traffic untuk bulan Maret kemarin mencapai 16,904 views, dengan rata-rata 563 views per harinya.

Semoga dengan tema bulan ini, kalian makin betah main di sini dan bersama-sama kita pecahkan pencapaian bulan-bulan lalu.

Jadi, ini dia tema saputraroy.com bulan Mei 2014:

“Film Luntang Lantung”

cover mei

Gambar merupakan milik pribadi, diprotret saat menghadiri press screening #FilmLuntangLantung yang akan rilis serentak pada Kamis, 8 Mei 2014. Terima kasih.



Wawancaur: Togar Simanjuntak

$
0
0

Kamis, 8 Mei 2014, #FilmLuntangLantung bakal rilis di bioskop kesayangan kalian semua.

#FilmLuntangLantung diangkat dari novel ketiga gua yang berjudul Luntang-lantung. Bercerita tentang 3 sahabat yang mencari kerja, cinta, dan jati diri. Nah, salah satu dari 3 sahabat itu bernama Togar Simanjuntak. Togar adalah orang Batak dengan karakter yang berbadan gempal, meledak-ledak, gahar, sok jago, tapi di satu sisi, dia adalah sosok yang setia kawan banget. Dan di #FilmLuntangLantung, tokoh tersebut diperankan dengan sangat apik oleh Nugroho Achmad alias si Lolox.

Lolox adalah seorang stand up comedian jebolan Stand Up Fest 3, tahun 2013 lalu. Gua sendiri belom banyak nonton sepak terjang Lolox di dunia stand up comedy, tapi setelah nonton #FilmLuntangLantung di press release tanggal 30 April lalu, gua harus berterima kasih ke casting director-nya karena bisa menemukan Lolox untuk memerankan Togar. Gaya bicara, tempramen, dan postur tubuhnya mirip dengan apa yang gua bayangkan saat menulisnya dulu. Pas!

Apa cerita-cerita Lolox selama syuting #FilmLuntangLantung? Dan kenapa bisa dia yang akhirnya kepilih untuk memerankan Togar Simanjuntak? Dan kenapa namanya yang Nugroho Achmad bisa jadi Lolox? Dua pertanyaan tadi akan terjawab di wawancaur kali ini.

Wawancaur adalah proses wawancara yang dilakukan secara awur-awuran. Pertanyaan disusun semena-mena dan boleh dijawab suka-suka. Proses wawancaur dengan Lolox benar-benar dilakukan via email. Wawancaur diedit sesuai kebutuhan. Gambar dipinjam dari sini. Terima kasih.

si lolox

Halo, Lox! Kesibukan lu sehari-hari sebenernya apa sih?

Heh! Kok pake “lu gue” ?! Gak boleh!

Ampun, Bang, iya ampun… Ya udah gua ganti ya, pake logat Batak juga nih. Ehem. Kesibukan hari-hari kau itu apa lah, Lox?

Kesibukan aku menjaga perdamaian dunia, karena dunia udah mulai gak kondusif. Sadar gak kalian semua, kalian ini masi bisa tenang-tenang duduk di bumi ini karena aku? Nah itu dia!

Pret!

Hahahak!

Nama asli kau yang dikasih si Mamak kan Nugroho Achmad. Kenapa bisa jadi Lolox?

Dulu aku tuh cadel, jadi kalo ditanya nama, aku selalu jawabnya NUGLOHO. Itulah asal mula terjadinya Danau Toba.

Hahahak!

Ceritain dong gimana ceritanya bisa diajak casting dan akhirnya main di film Luntang-lantung?

Awalnya aku lagi ngejar dosen pembimbing di kampus, tiba-tiba HP-ku berbunyi, aku angkat, ternyata casting director ngajak main film. Tapi casting dulu.

Tapi aku harus nyelesaiin skripsi dulu, jadi aku gak casting, disuruh datang aja ke Jakarta setelah beres sidang sarjana, langsung main aja. Eeh ngerti gak ceritanya?

Iya, Lox, iya… Ampun…

Intinya: AKU UDAH SARJANA!

Menurut kau, tokoh Togar ini bagaimana, Lox? Apa kau mengalami kesulitan selama memerankan tokoh Togar Simanjuntak?

Waktu baca script-nya, aku langsung aja bilang: AKU MAU DAN BISA. Karena karakter Togar itu, mirip kali sama aku, jadi ya kayak meranin diri sendiri aja. Sok tau, sok hebat, tapi loyal sama keluarga dan teman. Aku kali gak? Iyakan?

Iya, Lox, iya… Ampun… (save as template) 

Iyalah, ah!

Di film Luntang-lantung kan kau, Dimas Anggara, dan Muhadkly Acho ceritanya sahabatan akrab kali. Apa ada treatment khusus dari sutradara untuk kalian bertiga biar chemistry-nya dapet dan keliatan akrab banget di film?

Untungnya aku sama Acho itu udah kenal duluan dari dunia stand up comedy. Aku dan dia lumyana sering taping di Metro TV sama-sama. Nah kalo si Dimas ini awalnya aku gak tau dia itu artis, aku kira aku yang paling terkenal di dunia ini. Tapi untungnya lagi aku, Dimas sama Acho kalo ngobrol sebelum syuting nyambung aja, jadi ya kayak beneran teman dekat gitu.

Kau juga dikenal sebagai seorang stand up comedian. Apa hal tersebut membantu selama proses syuting?

Gak! Awalnya orang wardrobe-nya sombong kali, si Dimas aja yang diprioritaskan! Hahahak!

Pas syuting, hari pertama itu aku gugup gempita, jantung berdetak kencang, ngerilah pokoknya. Karena kalo stand up itu kita cuma mikirin orang ketawa, tapi kalo main film kita harus mikirin semuanya; emosi, dialog, timing saat membalas dialog lawan, mimik muka, entahlah! Tapi main film ini nagih yaa?! Hahahak!

Apa adegan favorit kau di film ini?

Mukul si Ari Budiman, di situ keliatan kalo aku sebagai abang, sayang kali sama si Tiur.

Sebelum-sebelumnya, jarang ada film lokal yang mengangkat kota Medan dan sekitarnya, dan film Luntang-lantung ngangkat wisata kota Medan dan Danau Toba. Menurut kau, apa yang istimewa dari kota Medan dan Danau Toba?

Kota Medan itu kulturnya keras, arogan, dan lebih ugal-ugalan dari Jakarta. Tapi kulinernya gak ada lawan. Ini menurutku ya. Nah kalo Danau Toba, aku mau nanya, siapa yang gak tau keistimewaan dari danau ini?!

Iya, Lox, iya… Ampun…

Hahahak!

Ada kejadian lucu atau seru selama proses syuting?

Kalo seru waktu adegan naik betor (becak motor -red) di Medan. Kalo lucu, hampir setiap scene ada lucunya. Aku tuh ga bisa nahan ketawa kalo adegannya itu serius, sedih, atau marah. Muka aku sampe merah kali nahan ketawa. Pernah sampe beberapa kali retake gara-gara aku ga bisa nahan ketawa.

Menurut kau, film Luntang-lantung itu kek gimana sih?

Untuk semua orang yang baru abis kuliah atau pengangguran, wajib nonton ini. Dan untuk ngeliat gimana sebuah persahabatan yang benar itu, ya wajib nonton juga! Intinya: WAJIB NONTON!

Apa yang paling kau kangenin ketika selesai syuting film ini?

Gak ada! Malah waktu syuting aku kangen mamak aku! Hahahak!

Aku kangen semua kru. Karena aku dekat sama mereka, mereka sering nanya gimana Medan, gimana stand up comedy, dan aku sering nanya tentang alat-alat yang mereka pegang, fungsinya, harganya, ya gitulah, karena aku mau jadi sutradara juga.

Amin!

Amin!

Ada pesan-pesan buat teman-teman yang baca wawancaur ini?

Banyak pesan banyak lupa, jadi intinya: WAJIB NONTON!


Bukan Mimpi

$
0
0

Agustus 2010

“Enaknya dinamain siapa ya?”

Saat itu tengah malam. Gua sedang mengetik halaman pertama dari sebuah naskah yang diminta oleh penerbit. Mereka minta dibuatkan sebuah cerita komedi dengan latar dunia kerja. Sebuah kisah tentang sarjana baru, yang luntang-lantung cari kerja.

Gua mengetuk-ngetukkan jari telunjuk dan tengah di atas meja. Otak diputar demi bisa menemukan sebuah nama untuk si tokoh utama. Biasanya gua akan memilih nama yang biasa banget untuk tokoh utama dalam cerita-cerita gua. Gua pernah pake nama Andre, Dimas, Yanto. Nama yang mungkin aja ditemukan di kehidupan sehari-hari. Nama yang standar. Nama yang bisa aja “lu” atau “gue” banget.

Kali ini, tantangan mencari nama menjadi dua kali lipat sulitnya. Gua bukan hanya perlu nama yang biasa, tapi juga nama yang pasaran. Karena nama pasaran itu lah yang nantinya akan jadi trigger dari plot utamanya. Sebuah nama yang bisa jadi ada di mana-mana. MC kawinan, juragan pakan ternak, kapster salon, atau mahasiswa yang baru lulus dan susah cari kerja.

“Budi? Heri? Gunawan? Rudi, Agus, Ari, Budi… ah, gua tau. Ari Budiman!”

Gua kebayangnya si Ari Budiman ini orangnya harus jago ngomong, suka ngeles, dan pandai bergaul. Dia bisa cas-cis-cus terus bingung belakangan. Egonya gede, ga mau kalah sama temennya. Easy going tapi banyak maunya. Tapi wajah dan perawakannya haruslah seperti orang pada umumnya. Ah, kayak gini aja deh…

#FilmLuntangLantung Ari Budiman

“Nama temennya siapa ya?”

Ceritanya, Ari punya 2 teman baik. Satu yang selalu ia banding-bandingkan, sementara satu lagi yang bisa menjawab segala keresahan dalam hidupnya. Karena ini untuk novel bergenre komedi, kayaknya sih bakal lebih gampang kalo gua bikin 2 sahabatnya ini punya dialek khas daerah tertentu.

“Bikin orang Batak kayaknya seru nih. Yang gede, yang sangar, yang gahar, yang… bloon.”

Maka jadilah Togar Simanjuntak, sahabat Ari Budiman yang orang Batak dan mengaku-ngaku kalo dia ini cucu dari C. Simanjuntak. Awalnya gua ingin memberi nama Bangun. Tapi sepertinya nama Togar lebih membumi dan asik untuk dipanggil-panggil. Penggalan kata “Gar” terdengar dan terbaca lebih mantap daripada “Ngun”. Maka si orang Batak ini pun bernama Togar dan bermarga Simanjuntak. Badannya gempal, rambutnya lebat, kalo ngomong harus kencang, dan meledak-ledak.

“Nah, temennya yang satu lagi mesti kalem nih.”

Iya, biar mengimbangi Togar yang meledak-ledak, maka sahabat Ari yang kedua harus kalem, lembut, dan tenang. Pasnya sih orang Jawa. Kalo ngomong medok dikit, badannya kecil, pake kacamata, dan rada kuper.

“Namanya siapa ya?”

Jika biasanya gua kasih nama yang biasa banget untuk tokoh utama, maka tokoh pendamping dalam cerita gua biasanya agak nyeleneh. Gua suka bereksperimen dengan nama tokoh-tokoh pendukung. Contohnya, di novel komedi pertama gua, ada satu tokoh perempuan yang bernama Mujaroh. Nama unisex yang jika dipenggal, akan jadi sebuah kegiatan menyembah dunia spiritual. Muja roh.

Begitu pun di cerita kali ini. Gua ingin bermain-main sedikit dengan nama sahabat Ari Budiman. Jari telunjuk dan tengah kembali gua ketuk-ketukkan di atas meja. Berharap otak masih mau bekerja sama meski malam makin tinggi. Saat udah hampir dini hari dan suasana sedikit horor, tiba-tiba gua teringat dengan film Malam Satu Syuro yang diperankan Suzana. Di film itu, Suzana berperan sebagai…

“Suketi! Buat nama cowo seru juga kayaknya.”

Lalu gua memasangkan nama Suketi dengan Kuncoro biar agak membantu mendeskripsikan kalo dia ini laki-laki tulen. Maka jadilah Suketi Kuncoro, orang Jawa yang kalem dan rada kuper.

Togar Simanjuntak dan Suketi Kuncoro. Mungkin, wujud 2 sahabat itu kayak gini kali ya.

#FilmLuntangLantung Togar Simanjuntak dan Suketi Kuncoro

“Udah deh. Malam ini ngetiknya segini dulu.”

Laptop pun gua tutup. Lampu gua matikan dan selimut gua tarik. Karakter dan deskripsi tiga tokoh sentral cerita yang belum berjudul ini udah gua rampungkan. Sekarang saatnya tidur dan berharap bisa memimpikan ketiga tokoh ini hidup dan bermain-main di alam bawah sadar gua.

“OLI GREEENG-NYA, KAKAAAK!”

Layar berubah jadi gelap. Lampu kembali menyala. Para penonton bertepuk tangan dan satu per satu meninggalkan ruangan diiringi credit title dan soundtrack Luntang-lantung yang bermain dari speaker-speaker yang menggantung. Barisan penonton yang terdiri dari pendukung film dan wartawan asik ngobrol dan bertukar pendapat di sepanjang perjalanannya keluar dari ruang teater.

Gua beranjak dari kursi, dan sebelum melangkah keluar, mencubit lengan kuat-kuat. Sekadar memastikan bahwa ini bukan bulan Agustus 2010. Sekadar meyakinkan, kalo gua ga masih tertidur di kamar setelah selesai membuat deskripsi tokoh-tokoh pada novel. Sekadar mengonfirmasi, bahwa ini bukanlah mimpi.

Sekarang tanggal 30 April 2014, tiga setengah tahun dari malam di mana gua “melahirkan” dan mereka-reka seperti apa wujud Ari Budiman, Togar Simanjuntak, dan Suketi Kuncoro. Saat press release film Luntang-lantung ini, gua menyaksikan buah fantasi gua hidup dan jadi inspriasi lewat tawa dan cerita.

Sekarang tiga sahabat itu bukan hanya hidup di imajinasi gua dan ditebak-tebak oleh teman-teman pembaca lewat novel Luntang-lantung. Tapi Ari, Togar dan Suketi kini hidup dan bergerak di layar lebar. Berinteraksi dengan penonton melalui cerita yang disampaikan lewat media film.

This is not a dream. This is real.

Togar Simanjuntak hidup. Berbadan besar, gahar, dan meledak-ledak. Suketi Kuncoro hidup. Kalem, berkacamata, dan rada kuper. Ari Budiman hidup. Jago ngomong, suka ngeles, dan pandai bergaul.

Mereka bertiga hidup. Mimpi gua hidup.

Untuk itu, gua ingin berterima kasih. Untuk produser, pemain, sutradara, penulis skenario, dan semua pendukung film ini. Namun yang paling utama, gua ingin berterima kasih kepada kalian yang nantinya akan menonton film Luntang-lantung di layar lebar.

Karena setiap rupiah yang kalian keluarkan untuk membeli tiket film Luntang-lantung, akan jadi pompaan darah bagi tokoh-tokoh di imajinasi gua untuk tetap hidup. Karena setiap tiket film Luntang-lantung yang kalian beli nanti, adalah denyut nadi bagi mimpi gua agar tetap bertahan dan bisa berubah menjadi harapan.

Karena suatu hari nanti, akan ada masanya di mana gua punya anak. Lalu ketika sedang bermain dengan teman-temannya, anak gua akan menunjuk poster yang gua dokumentasikan di ruang tamu. Kemudian dengan lantang, anak gua akan berkata, “Ini mimpi Papa saya dan dia berhasil mewujudkannya. Itu artinya, suatu hari nanti, saya juga bisa mewujudkan mimpi saya.”

Terima kasih karena kalian telah mewujudkan mimpi gua. Dan yang paling penting, terima kasih telah menciptakan harapan bagi anak-anak gua.

Terima kasih.

#FilmLuntangLantung tayang di bioskop 8 Mei 2014, serentak di 75 layar seluruh Indonesia. Yuk, nonton, yuk.


Review #FilmLuntangLantung

$
0
0

Review di bawah ini ditulis oleh si pacar, @sarahpuspita, sebagai salah satu dari beberapa ribu orang yang menonton #FilmLuntangLantung di hari pertama rilis, 8 Mei 2014. Mungkin bisa dijadikan acuan dan justifikasi untuk nonton #FilmLuntangLantung di hari-hari mendatang.

Mungkin, banyak dari kita yang meragukan kualitas sebuah buku yang diangkat ke layar lebar. Gue, udah jelas termasuk di antaranya. I always think that my imagination is the best. Bisa ditebak, seringnya, gue kecewa sama film yang diadaptasi dari buku atau novel yang sebelumnya udah gue baca.

Awalnya, gue pun skeptis sama Luntang-Lantung. Gue udah baca novelnya, and I love it so much. Gak rela rasanya kalo filmnya nggak sebagus bukunya. Apalagi, Luntang-Lantung ini genre-nya komedi. Bayangin deh kalo lo udah hapal semua jokes-nya. Garing banget nggak sih pas nonton? Krik.

Tapi berhubung gue terlanjur penasaran, akhirnya ikutlah gue nobar bareng Roy dan temen-temennya. Tepat di hari Luntang-Lantung muncul di bioskop, kami janjian di Planet Hollywood. Untungnya, jalanan gak terlalu macet. Sampe di sana, kami beli tiket, makan, trus nongkrong nungguin pintu studio dibuka.

Setelah pengumuman pintu studio telah terbuka, kami semua langsung masuk dan duduk dengan manis. Waktu film mulai dan di layar ada tulisan “diadaptasi dari novel komedi laris karya Roy Saputra”, gue tepok tangan sendirian dengan kampungannya. Actually mau sambil berdiri, tapi takut disambit sendal karena di belakang gue ada orang. Ketika Ari Budiman muncul di layar kemudian dengan komunikatif ngomong di depan kamera, somehow I know this movie would be interesting. Kapan lagi ya bok, diajak ngobrol sama Mas Dimas? *ikrib*

Selesai nonton, gue mencatat setidaknya ada lima highlight dari film Luntang-Lantung yang memorable menurut gue. Ini bisa alasan kenapa kalian harus nonton meskipun udah baca novelnya. Here you go:

1. Suketi Kuncoro

Bagi yang udah baca novelnya, pasti udah familiar kan sama yang namanya Suketi Kuncoro? Di #FilmLuntangLantung, sosok Jawa ini diperankan oleh Mu-had-kly Acho (finally! Susah lho, spelling nama Acho dengan benar T_T). Acho sendiri, waktu gue tanya ke Roy, tuh suka pake dialek Betawi asli kalo lagi stand up comedy. Tapi waktu jadi Suketi, buseeet, kagak ada sama sekali Betawi-Betawi-nya. Dese pyuuur orang Jawa yang medok pol, ngomongnya pelan, dan default setting mukanya selalu terjajah.

Setiap Suketi muncul di layar, gue selalu ngakak ngeliat ekspresi mukanya. Tambah ngakak kalo dia buka mulut buat ngomong dengan logat Jawa-nya itu. Gue sampe langsung bisik-bisik ke Roy, “Ih, Acho ini kok pas banget ya jadi Suketi! Alami!”

He’s definitely a scene stealer. Standing ovation deh! Cuintak!

2. 60-70% based on the novel

30-40%-nya bener-bener cerita (bahkan ada tokoh) baru yang sama sekali gak ada di novel. Komedi-komedi yang diselipkan juga fresh. Gak ada yang plek-plek-an sama persis sama novel. Jadi ketika nonton, banyak banget kok elemen surprise-nya. Gak monoton, even untuk yang udah baca novelnya.

Ah ya, emosi yang digambarkan di setiap frame juga berhasil ter-deliver dengan baik menurut gue. TOP BGT. Well done, Mr. Fajar Nugros!

3. The Casts

Kagum banget deh sama yang terlibat dalam pemilihan talent buat film ini. Semuanya sesuai dengan karakter yang gue bayangin waktu baca bukunya lho. Salah satu contohnya, mungkin Bento. Masih inget kan? Itu lho, saingannya Ari Budiman di kantornya yang baru. Di film ini, Bento diperankan dengan ciamik adalah Soleh Solihun. Galaknya pas, nyolotnya pas, sampe mukanya pun pas banget!

#FilmLuntangLantung Bento Sasmito

Contoh lain, Ge Pamungkas. Pas banget deh sama karakternya. Kalo jadi belagu, Ge emang expert. Gak usah gimana-gimana mukanya emang udah minta dicolek sama cobek sambel. Contoh lain lagi, Lolox. Mungkin buat dia, jadi Togar itu sama kayak slogan ‘Be yourself’. Alhasil? Kayak kagak acting, mak.

4. Medan

Udah pernah ke Medan? Pernah liat bandara Kuala Namu yang katanya hietz itu? Belom? Sama, gue juga! Makanya gue seneng banget waktu ada scene di #FilmLuntangLantung yang menampilkan Kuala Namu, juga keindahan Danau Toba yang merupakan salah satu aset pariwisata Indonesia.

Menurut gue pribadi, film termasuk salah satu cara yang paling powerful untuk mempromosikan wisata dalam negeri. Rumah kita nggak kekurangan tempat-tempat kece yang bisa dieksplor kok. Masih inget Laskar Pelangi yang jadi duta untuk Belitung? Nah, film Luntang-Lantung jadi duta untuk kota Medan!

Halo, pancake durian!

5. Great Message(s)

Pada akhirnya, inilah yang membuat gue suka #FilmLuntangLantung. Ada pesan yang bisa dibawa pulang. Seperti novelnya, film ini gak hanya sekedar menghibur dan bikin penontonnya ketawa ngakak di dalem studio. Bahkan setelah gue selesai nonton dan meninggalkan tempat duduk, ada banyak perenungan dan pesan yang mendadak muncul dalam benak.

Buat apa sih punya jabatan mentereng, gaji selangit, kalo hidupnya gak bahagia? Kalo gak punya temen? Kalo cuma jadi ATM berjalan? Kalo boong melulu? Mendingan juga yang apa adanya tapi tiap hari bersyukur, nggak usah bohongin siapa-siapa, dan punya temen-temen (juga pacar) yang beneran tulus sayang sama kita, kan?

Live your own life. You only live once, why waste it by living someone else’s life?

#FilmLuntangLantung Danau Toba

Surprisingly, I love the movie as much as I love the novel, lho. Ada beberapa scene yang malah lebih bagus di layar lebarnya, menurut gue. Konfliknya beda sama novel, dan Dhea Seto berhasil banget memaniskan Luntang-Lantung dengan menuangkan aroma cinta di dalamnya. Suka deh! Oh iya, soundtrack-nya juga bagus!

Overall, gue pribadi sih menikmati banget #FilmLuntangLantung. Ceritanya unik, konfliknya beda, komedinya segar, pesannya bagus. Apalagi yang bisa gue minta? Well done, Roy. Well done, Mr. Fajar Nugros. Well done.

Jadi, nungguin apa lagi? Yuk, buruan nonton!


55 Hal yang Jangan Dilakukan Ketika Nonton Film di Bioskop

$
0
0

1. Berisik.

2. Keseringan bertanya tentang cerita film ke penonton di sebelah. Padahal kenal juga ga. Setengah teriak pula. Lihat poin 1.

3. Berbuat mesum.

4. Dengan pacar orang pula.

5. Mengangkat kaki ke kursi depan.

6. Atau mengangkat anak yatim menjadi anak sendiri.

7. Mencoba nyium gebetan di dalam bioskop saat gelap. Geez, it’s so 1990!

8. Makan nasi. Dengan lauk gulai tunjang. Pake nambah. Dan angkat kaki.

9. Abis itu teriak, “Uda, tambo cie!”. Lihat poin 1.

10. Bermain gadget. Silau, men!

11. Membuka google translate saat menonton film asing. Kan ada teks-nya. Woles, bro.

12. Tidur.

13. Ngorok pula. Lihat poin 1.

14. Nonton berdiri.

15. Sambil melambai-lambaikan tangan atau merekamnya dengan iPad. Ini bukan konser, bung.

16. Memakai kacamata. Kacamata kuda.

17. Atau kacamata renang.

18. Membawa remote DVD dan berharap film bisa di-pause saat kebelet pipis.

19. Bertanya ke penonton di sebelah, “Mas, ini gambarnya udah ori belom?”

20. Mengeja subtitle.

21. Nyemil makanan yang berbau. Seperti pempek, durian, atau abege berkeringat yang lagi ngantri di teater JKT48.

22. Duduk ga sopan. Misalnya, sambil duduk teriak “Anjing lu!”. Ga sopan.

23. Bermain domikado. Mikado. Eska. Eskado. Eskado. Bea beo.

24. Memakai sarung. Membawa lotion anti nyamuk. Lalu melambaikan tangan ke arah kamera saat mulai ketakutan. Ini bukan Uji Nyali Dunia Lain.

25. Berteriak, “Lah, ini kagak iklan-iklan dah dari tadi?!”

26. Melipat kaki. Ke arah tangan. Lalu berguling. Dan melompati lingkaran api.

27. Terlalu histeris.

28. Memakai baju yang glow in the dark hanya karena ingin diperhatikan lebih oleh sekitar. Satu-satunya perhatian yang didapat berupa tatapan mata membunuh dari penonton yang kesilauan.

29. Saat terlambat datang dan ditunjukkan tempat duduk oleh petugas dengan senter, bertanya, “Mbak, sewain vila juga?”

30. Membawa bangku sendiri. Tenang, harga tiket sudah termasuk penyewaan bangku kok.

31. Dan oh, kalo pun bawa kursi sendiri, ga akan mengurangi harga tiket. Ini bukan perabotan Barbie yang bisa dijual terpisah.

32. Karena takut gelap, masuk ke ruang teater sambil membawa lilin.

33. Atau petromax.

34. Atau glow in the dark stick. Lalu teriak, “Hoy! Hoy! Hoy!” Dude, you’re in the wrong theater.

35. Kedinginan. Lalu berusaha mencari remote AC untuk menurunkan suhu.

36. Suhu-nya Suhu Yo.

suhu yo

37. Mabuk-mabukan.

38. Apalagi kalo mabuk laut.

39. Atau mabuk janda.

40. Atau mabuk kekuasaan. Sedaaap.

41. Bermain gembot tetris yang bisa bersuara. “Boleh juga lu.” “Pinter juga ya.” “Bego lu.” “Wah, hampir mati tuh!”. Lihat poin 1.

42. Membawa anak di bawah umur ke film-film dengan rating remaja atau dewasa. Pastiin untuk selalu cek rating film sebelum nonton. Oke?

43. Sesaat sebelum film dimulai, teriak, “Wah, gue udah nonton nih! Uncle Ben-nya mati!” Kecuali kalo kalian ingin mencoba bagaimana rasanya mati diarak massa.

44. Duduk ga sesuai nomor kursi yang tertera pada tiket. Misalnya, dapet tiket dengan nomor kursi C 6, eh malah duduknya di karpet depan layar sambil guling-gulingan.

45. Di depan pintu teater, teriak, “Ya, kosong, kosong! Duduk, duduk! Tinggal 2 lagi, 2 lagi! Langsung jalan!” Ini bukan angkot, bro.

46. Membawa pulpen dan menuliskan “Budi was here” di layar.

47. Atau “Budi was there.”

48. Atau “Budi was here, there, and everywhere.”

49. Menumpas kejahatan.

50. Saat credit title muncul, bukannya mencari nama pemain atau sutradaranya, tapi malah mencari hidayah.

51. Membawa laptop ke dalam teater. Lalu sambil menonton film, menulis live review di blog.

52. Atau kultwit.

53. Saat film selesai, berteriak, “We want more! We want more!”

54. Atau, “Bang, kiri, Bang!”

55. Membuat daftar 55 hal yang jangan dilakukan ketika nonton film lalu di-post sesaat setelah keluar dari ruang teater.


Gara-Gara Magang

$
0
0

Sebagian besar anak kuliahan pasti pernah magang. Lewat magang, seorang mahasiswa diharapkan bisa sedikit banyak mencicipi dunia kerja sehingga ga kaget saat menceburkan diri sepenuhnya. Jika menganalogikan dunia kerja sebagai ujian akhir, maka magang itu semacam kisi-kisi lah.

Nah, di bawah ini gua akan bercerita pengalaman gua saat magang dulu. Cerita ini terjadi di tahun 2006, saat gua masih polos dan begitu naif. Cerita yang sama tertuang dalam Kaleidoskop saputraroy.com tahun 2013 yang bisa kalian download di sini. Kaleidoskop saputraroy.com 2013 adalah kumpulan postingan saputraroy.com terbaik versi pembaca yang dibagi menjadi beberapa kategori. Cerita “Gara-gara Magang” sendiri adalah postingan bonus pada kaleidoskop tersebut, yang versi jadul dan panjangnya pernah gua tuangkan pada buku kedua gua yang berjudul Doroymon.

Semoga kalian suka. Inilah; “Gara-gara Magang”.

internship

Liburan tahun ketiga kuliah gua isi dengan Kerja Praktek (KP), salah satu mata kuliah wajib yang mengharuskan gua untuk kerja minimal selama satu bulan di sebuah perusahaan. KP itu sejenis Kuliah Kerja Nyata atau magang gitu deh. Karena pilihan yang ada, akhirnya gua memutuskan untuk KP di Bapeda, alias Badan Perencanaan Daerah DKI Jakarta.

Gua KP bareng Dikun dan Sakai. Dikun adalah badut angkatan yang sangat lucu. Lucu dalam artian kayak Komeng, bukan lucu dalam artian kayak Nabila JKT48. Sementara Sakai adalah seorang teman yang kurus, gondrong, dekil, dan hitam. Eh, tunggu, tadi itu gua mendeskripsikan lutung. Ralat. Sakai itu kurus, gondrong, dekil, hitam, dan ga berbuntut. Nah itu, baru Sakai. Yang sangat mencolok dari Sakai adalah tampangnya seperti pelaku kriminal. Pelaku kriminal yang durjana, tepatnya. Ia ke mana-mana selalu naik motor. Dengan muka seperti itu, Sakai lebih terlihat seperti orang yang baru aja mendapatkan motor itu dengan cara menusuk pemilik aslinya di tengah jalan.

Salah satu tugas utama kami selama KP adalah luntang-lantung keliling Jakarta, mendatangi semua Bapeko/kab (Badan Perencanaan Kotamadya/ Kabupaten). Salah satunya adalah Bapekab Kepulauan Seribu. Dengan semangat 45, gua mencari di buku alamat dinas pemerintahan. Dengan jelas, di buku itu tertulis:

BAPEKAB KEPULAUAN SERIBU – Pramuka No. 9.

Ah, gua tau nih. Jalan Pramuka kan? Deket jalan Matraman kan? Gampang lah ini. Gua, Dikun, dan Sakai langsung bergegas turun dari ruangan kami di Bapeda dan menuju parkiran motor.

Perjalanan akan kami lakukan bertiga dengan naik dua sepeda motor. Ga kok, gua ga berdiri di antara dua motor, berakrobat sambil nyundul-nyundul bola api dan ada anjing laut tepok tangan di sekeliling gua. Gua duduk manis, dibonceng di salah satu motor. Gua duduk di belakang Dikun, sementara Sakai naik motor sendirian. Motor mereka diparkir di area Monas.

“Parkir di sini ga usah bayar, Roy,” kata Dikun yang sangat kontras dengan papan tarif parkir yang terpampang dengan gagah di depan Monas.

“Eh? Ga usah bayar?” kata gua dengan tampang kurang yakin.

“Kalo tukang parkirnya minta duit, lo senyum aja. Kalo ga, lo pura-pura ga liat aja.”

“Ga sekalian pura-pura mati, Kun?”

“Duh, udah deh. Tenang aja. Yang penting senyum, Roy. Senyum.”

Gua naik ke boncengan dengan memasang senyum yang dipaksakan. Motor Dikun mulai berjalan, mendekati pintu keluar, mendekati tukang parkir. Gua dag dig dug. Takut, kalo-kalo tukang parkirnya ternyata berasal dari komunitas yang memiliki tenaga berlebih untuk memukul kepala orang.

Sepuluh meter dari pintu keluar. Udara seakan menipis.
Lima meter. Jantung berdegup kencang.
Satu meter. Oh, please give me some fresh air!
Lima puluh centimeter. Eng ing eng.

“Dek, mana duit parkirnya?” Tukang parkir yang berkumis setebal kamus itu menagih ke arah gua.

“Sekarang, Roy! Senyum!” Dikun teriak memberi instruksi.

Gua yang kaget langsung memasang senyum paling basi yang pernah ada. Dikun lalu ngegas motornya pelan-pelan.

“Buruan dikit napa, Kun?”

“DEK! DEK! DUITNYA MANAA?!” Kumisnya jungkat-jungkit di atas bibir.

Gua menengok ke belakang. Terlihat tukang parkir dengan ga perlunya sedang menggenggam batu bata.

“Kun, Kun, buruan. Itu tukang parkirnya lagi megang objek tumpul yang diyakini dapat memberi efek tidak sehat pada bagian tubuh tertentu. Buruan!” Gua tegang.

“WOY, DEK! JANGAN KABUR!”

“Tenang, Roy. Tenang. Yang penting senyum. Inget. Senyum.”

“Senyam-senyum, senyam-senyum… gua kenyot lo! Buruan!” teriak gua, keki.

Menyadari duduk di belakang bisa menjadi sasaran empuk lempar lembing, membuat gua waswas selalu. Tapi ga lama, Sakai yang keluar belakangan beritikad baik. Dia ngebayarin duit parkir gua dan Dikun.

Fyuh.

Selepas dari adegan menantang nyawa tadi, kami pun konvoi menuju jalan Pramuka. Untuk mempersingkat pencarian, begitu sampai di jalan Pramuka, gua langsung bertanya ke mas-mas yang lagi asik nongkrong dengan gaya yang provokatif. Ngangkang.

“Mas, numpang tanya. Bapekab Kepulauan Seribu di mana yah? Jalan Pramuka nomor sembilan?”

“Oo, Bapekab,” muka si Mas sangat meyakinkan, “Dari sini, nanti turun ke underpass, trus naek, trus muter.”

Gua sedang mendekatkan kepala ke arahnya, mencoba sefokus mungkin, ketika tiba-tiba si Mas melanjutkan, “NAAAAH!”

Anjrit! Bikin kaget!

“Di situ tuh!” jawab si Mas itu yakin.

Karena dia menjawab dengan yakin, maka gua pun yakin dengan jawabannya. Setelah mengucapkan terima kasih, kami bertiga meneruskan perjalanan dengan mengacu pada penjelasannya. Dan gua pun sukses… NYASAR.

“Turun underpass, naek, muter. Turun underpass, naek, muter. Perasaan tadi gitu.” Gua mengulang-ulang petunjuk yang si Mas tadi berikan.

“Iya. Ini kita juga udah turun, naek, muter.” Dikun menambahkan.

“Iya sih. Tapi ini kok ketemunya… TUKANG ES CENDOL YA?” Gua garuk-garuk jidat. Ada yang salah. Ini jelas, ada yang salah.

“Perasaan tadi dia yakin banget deh jawabnya,” gua menambahkan.

“Ah, lo nya aja kali, lagi haus, makanya kepikirannya tukang es cendol,” kata Sakai.

Pencarian dilanjutkan kembali setelah gua membatalkan pesanan es cendol yang berakibat mendapat ancaman ditimpuk mangkok bergambar ayam-ayaman. Biar ga salah lagi, kali ini gua nanya ke tukang ojek, “Bang, numpang tanya. Bapekap Kepulauan Seribu di mana ya?”

“Oo. Kantor gitu ya, Dek? Kalo perkantoran mah ada di ujung jalan sono.”

“Di sana?”

“Bukan. DI SONOOO.”

Berbekal petunjuk itu, kami pun ke ujung jalan sebelah sono. Iya, iya, di sonooo. Di sono, kami memang menemukan banyak kantor, tapi ga ada kantor Bapekab Kepulauan Seribu. Lagi-lagi, kami pusing. Dua kali nanya, dua kali kesasar. Udah ah, mending sekarang cari sendiri aja deh.

Ga lama berselang, kami ketemu sebuah gedung dengan nomor 12. Persis di sebelahnya ada ruko nomor 11. Terus rumah nomor 10. Wah, ini pasti nih, sebelahnya pasti nomor 9. Mata gua melirik ke samping dan menemukan menemukan bangunan dengan papan bertuliskan “no. 9″ di temboknya.

Tapi bangunan yang bernomor sembilan itu terlalu naas untuk disebut bangunan. Rumah tua yang banyak rerumputan di depannya itu terlalu angker buat para oknum pegawai negri untuk tidur, bahkan di saat jam kerja sekali pun. Jadi kami bertiga berkesimpulan bahwa rumah tua itu pasti bukan Bapekab yang kami cari.

“Mending kita ke Bapeko Jakarta Utara dulu. Kayaknya deket dari sini.” Sakai si Gondrong sumbang saran.

“Ya udah deh, ke sana dulu aja,” jawab gua seraya membatalkan tiga pesanan es cendol. Gua merasa mesen es cendol di saat nyasar adalah kombinasi yang cukup menarik.

Singkat cerita, gua, Dikun dan Sakai udah berhasil ke Bapeko Jakut. Di sana, gua nanya tentang di mana keberadaan Bapekab Kepulauan Seribu sebenarnya. Menurut penerawangan Kepala Bapeko Jak-Ut, ternyata Bapekab itu adanya di daerah Sunter.

“Tapi, Pak, menurut buku alamat dinas-dinas itu, alamatnya di jalan Pramuka. Jadi yang di buku itu salah ya, Pak?” tanya Dikun.

“Oh, buku ini yah?” Tangannya mengayun-ayunkan buku dinas itu, “Hm, ini kayaknya udah lama ga diperbarui. Hahahaha.”

Gua ngangguk-ngangguk sambil berusaha melempar baut ke dalam mulut si Bapak Kepala yang lagi ketawa lebar. Selepas berpamitan, kami bertiga pun bergegas menuju Bapekab. Setengah jam berikutnya, kami udah sampai di sekitar Sunter. Celingak-celinguk, bertanya arah sana-sini, mencari gedung Bapekab itu.

Kali ini, kami sukses menemukan gedung yang dimaksud. Setelah sempet sujud syukur, kami langsung masuk ke dalam. Lalu kami bertemu beberapa petugas Bapekab dan ngobrol akrab. Akrabnya sampe bisa cubit-cubitan dan tukeran nomor hape. Tapi gua melarang dan lebih baik menggunakan fasilitas Chat’N’Date jika ingin berkenalan.

“Sebenarnya kantor yang di sini hanya perwakilan saja. Nanti kalau mau lebih jelas, ikut saja,” jelas si Bapak Bapekab.

“Ikut ke mana, Pak?” tanya gua penasaran.

“Pulo.”

Waktu si Bapak bilang Pulo, gua kepikirannya Pulo Gadung. Si Dikun kepikiran Pulo Gebang. Sementara si Sakai kepikiran mau pulang.

“Pulo mana, Pak? Pulo Gadung?”

“Bukan, bukan. Pulau. Pulau Pramuka.”

“OOOOOO. PULAUUUUU.” Kami bertiga kompak manggut-manggut.

Terbukalah tabir misteri selama ini. Ternyata kantor Bapekab Kepulauan Seribu bukan berada di JALAN Pramuka, tapi di PULAU Pramuka.

Eaaa.


Good Reason

$
0
0

Seperti halnya kisah Ari Budiman di film Luntang-lantung –dan jutaan sarjana lainnya di Indonesia–, gua juga pernah ngalamin luntang-lantung cari kerja.

Beberapa minggu awal setelah lulus kuliah adalah momen di mana gua sebanyak-banyaknya ngirim lamaran. Apalagi ketika gua tau banyak dari temen-temen gua udah dapet kerja duluan. Gua ga mau kalah sama temen-temen gua dan ingin cepet-cepet dapet kerja juga.

Gara-gara ga pengen ketinggalan itulah, ga jarang gua asal ngirim lamaran. Ke perusahaan apa aja deh, yang penting bisa dipanggil wawancara, keterima, lalu kerja. Yang penting gua bisa bangun pagi dan berpacu dengan waktu masuk kantor seperti teman-teman yang lain.

Tapi nasib gua beda 180 derajat. Di saat temen-temen gua makin banyak yang dapet kerja, gua masih langgeng dengan status pengangguran. Jangankan dapet kerja, dipanggil wawancara aja kagak. Padahal nilai gua ga jelek-jelek amat. Lebih bagus dari sebagian mereka yang udah dapet kerja duluan malah. Saat itu, gua merasa dunia ga adil sama gua.

Dan seperti halnya Ari Budiman, saat gua mulai bingung tentang masa depan, saat gua mulai memikirkan apa jangan-jangan gua ditakdirkan untuk buka usaha tambal ban, sebuah telpon masuk ke telepon genggam. Dari sebuah nomor asing yang belum pernah gua simpan di dalam contact.

“Selamat siang, Pak Roy. Kami dari PT Abcdef.”

Waktu dia nyebut nama perusahaannya, gua langsung nginget-nginget apa pernah masukin lamaran ke sana, dan kalo pernah, sebagai apa. Tapi jangankan dua informasi itu, nama perusahaannya aja gua ga kenal.

“Hah? PT apa, Mbak?”

“PT Abcdef.”

“Hah?”

“PT Abcdef.”

Pengen bilang “Hah?” sekali lagi tapi takut dapet piring cantik. Demi menjaga peluang dapet kerja tetap hidup dan menghindari tuduhan punya masalah pada pendengaran, gua mengiyakan aja sambil berharap semoga di kantornya ada papan nama perusahaan yang segede gaban… meski ampe sekarang gua juga bingung, emangnya gaban segede apa sih?

“Besok bisa datang untuk wawancara, Pak Roy?”

“Jam berapa ya, Mbak?” Jual mahal dikit. Padahal kalo diminta dateng dari subuh buat nyapu dulu juga bisa.

“Jam 1 siang, Pak. Gimana?” tanya si Mbak lagi.

“Bisa, bisa. Bisa kok.” Ya bisa lah. Lah wong nganggur!

“Oke, saya tunggu ya, Pak.”

“Mbak, bentar, Mbak,” buru gua sebelum dia menutup telponnya, “Ini lokasinya di mana ya?”

“Di Jalan Agus Salim no. 122, Pak.”

“Ooo…”

“Samp–”

“Itu di mana ya, Mbak?”

“…”

“Mbak, Mbak?”

“Deket Jalan Thamrin, Pak.”

Kelar nelpon, gua langsung nge-gugel nama perusahaannya. Ga ketemu. Gua tanya temen-temen pun pada ga tau. Tapi gua tetep pede mau dateng ke wawancara besok karena lokasi kantornya yang berada di jalan Agus Salim, dekat jalan Thamrin. Yang di pikiran gua saat itu, perusahaannya pasti lumayan karena lokasinya ada di pusat kota Jakarta. Pasti dia berada di salah satu lantai dari gedung pencakar langit ibukota. Pasti karyawannya keren-keren dan kalo makan siang ke cafe-cafe bonafit. Pasti begitu deh.

Berbekal imajinasi itu, besoknya gua berangkat ke jalan Agus Salim. Meski biasanya gua naik Transjakarta ketika mau tes kerja, hari itu gua memutuskan untuk naik ojek. Biar kalo ditanya sama yang wawancara gua ke kantornya naik apa, dengan pede gua akan menjawab, “Naik ojek, Pak. Ga pake nawar.” Keren ga tuh?

Ternyata menemukan jalan Agus Salim no. 122 itu ga gampang. Setelah muter-muter beberapa kali, gua masih gagal menemukan kantor yang dimaksud. Bahkan tukang ojek gua sampe nanya ke tukang ojek lain. Tukang ojek-ception.

Karena kasian sama tukang ojek yang wara-wiri ga jelas, akhirnya gua memutuskan untuk turun di jalan Agus Salim dan melanjutkan pencarian dengan berjalan kaki. Toh gua masih ada waktu sekitar 10-15 menit meski harus mencari dengan berjalan.

Sialnya, ga lama setelah gua bayar ojek, matahari tiba-tiba menyengat. Gua sampe bisa ngeliat fatamorgana dari atas aspal jalanan. Keringet sebesar biji jagung mengucur dari dahi. Rasanya si matahari abis diputusin terus langsung liat mantannya itu gandengan sama cowo lain. Panas banget.

Sepuluh menit berjalan, badan gua basah kuyup. Rembesan keringat muncul di lipatan-lipatan kemeja yang bersentuhan dengan badan. Gua memutuskan untuk berteduh sebentar di dekat warung, menghindari sengatan matahari yang semakin sengit.

Leher kering. Mau beli minuman tapi ga punya duit karena udah gua pake untuk bayar ojek yang ga pake nawar tadi. Andai gua naik Transjakarta, mungkin masih ada uang tersisa untuk gua beli minum dan meluruskan tenggorokan yang mulai keriting karena kekeringan ini. It has been a very bad day for me.

Huff.

Gua pikir nyari kerja itu bakal keren. Naik turun lift. Ngobrol seru tapi santai di dalam ruangan ber-AC. Salaman dengan pejabat-pejabat tinggi. Tersenyum mantap lalu pulang dengan hati gembira. Tapi kenapa proses nyari kerja gua ini jadi mirip kayak macul kuburan gini? Kaki pegel dan badan bau matahari. Semoga yang mau interview gua ga menilai orang dari seberapa basah ketek seseorang.

Lima menit kemudian, akhirnya gua menemukan jalan Agus Salim no. 122. Gedung pencakar langit? Bukan. Gedung biasa? Bukan juga. Jalan Agus Salim no. 122 itu ternyata hanyalah sebuah ruko dengan pagar besi. Jauh dari apa yang gua bayangkan kemarin. Jauh banget.

Mencoba masuk, gua mendorong pagarnya sedikit. Ga kebuka. Kayaknya digembok. Gua pengen teriak, tapi nanti jadi kayak tetangga yang mau ngajakin maen.

“Budi, maen yuk!”

Ga lama berselang, 3-4 orang membuka gembok pagar yang digembok tadi, lalu mempersilahkan gua untuk masuk. Mereka semua bawa kantong kresek berisi gado-gado dan es doger. Buyar sudah imajinasi gua tentang makan siang di cafe bonafit.

“Mau nyari siapa, Mas?” tanya salah satu dari mereka.

“Ini betul PT Abcdef? Saya ada janji interview dengan Pak Hore.”

“Oiya, silahkan masuk. Kayaknya Pak Hore masih makan siang. Tunggu di sini aja, Mas.”

Begitu masuk, gua dipersilahkan duduk, di kursi plastik yang biasa kita temukan di tukang bakso. Mereka lalu masuk ke dalam ruangan… yang bentuknya lebih mirip kamar kos-kosan. Ga lama berselang, Pak Hore muncul dan megajak gua untuk masuk ke ruangannya. Pak Hore lalu menjelaskan seperti apa perusahaannya. Tentang jumlah karyawan, benefit apa aja yang bisa didapat, dan proyek-proyek yang sedang dipegang oleh timnya saat ini.

“Gimana? Apa ada pertanyaan?” tanya Pak Hore menutup penjelasannya barusan.

“Hmmm, ga ada kok, Pak. Hehehe.” Gua udah kepengen buru-buru pulang dan mandi.

“Oiya, saya belum cerita satu hal. Kami ini sedang mau bergabung dengan salah satu perusahaan market research besar di Indonesia. Kamu tau?”

Pak, saya nge-gugel perusahaan Bapak aja ga ketemu.

“Ga tau, Pak. Hehehe,” jawab gua sopan.

“Masa kamu ga tau?” tanya dia sekali lagi.

“Bener, Pak. Memangnya sama siapa, Pak?”

“Coba kamu tebak.”

Hmmm. Istana Maimun?

“Ga tau, Pak. Sumpah deh. Hehehe.”

“Ya kalo kamu ga tau ga apa-apa kok. Emang belum ada yang tau.”

LAH?! BIJIMANE SIK?!

“He he he he…” Gua hanya bisa ketawa awkward berharap itu adalah lelucon andalan Pak Hore.

Setelah selesai berbasa-basi, gua pamit ke Pak Hore. Gua melangkah keluar pagar ruko dengan dengan lemas, kepala yang menunduk dan ketek yang masih basah.

Ternyata nyari kerja itu ga susah, tapi susah banget. Lempar lamaran ke mana-mana, ga ada yang manggil. Sekalinya ada yang manggil kok ya begini. Ke mana perusahaan-perusahaan besar yang udah nerima temen-temen gua? Apa mereka ga ada satu pun lowongan lagi buat gua? Gua juga bisa kerja sebaik mereka kok. Tapi kenapa ga manggil gua? Kenapa? Kenapa? Kenapa?

That day, I feel like a loser.

despair

Tapi gua tetap menaruh harapan. Pasti akan ada hal baik yang akan menimpa gua suatu hari nanti. Mungkin besok, mungkin minggu depan, atau mungkin hari ini, hari di mana gua sedang menuliskan cerita ini untuk kalian.

Tujuh tahun dari hari itu, gua sekarang udah bekerja di salah satu bank swasta Indonesia yang berskala regional. Posisinya gua lumayan stabil dengan pekerjaan yang selalu berhasil mengusik gua dari posisi nyaman. Naik turun lift, kerja di ruang ber-AC, rapat dengan pejabat tinggi perusahaan. Persis dengan apa yang gua fantasikan tujuh tahun lalu.

Semua kejadian masa lalu dan segala kebaikan hari ini, membuat gua semakin percaya. Bahwa sepahit-pahitnya perjalanan mencari kerja waktu itu hanyalah titian anak tangga untuk mengantarkan gua sampai di titik ini. Semakin percaya bahwa jika hal buruk terjadi, itu pasti untuk alasan yang baik.

Bad things happen for a good reason.

Dan gua percaya bahwa setiap manusia wajib diproses. Setiap manusia perlu mengalami perjalanan panjang yang terjal dan berliku. Setiap manusia harus pernah merasakan riak dan gelombang yang mampu mengikis ego. Agar saat tiba di penghujung perjalanan, hanya kerendahan hati dan rasa syukur yang tersisa pada diri kita.

Jadi jika hari ini kita sedang dihadapkan dengan Pak Hore-Pak Hore lainnya, bersabar sajalah. Jika hari ini kita masih bergelut dengan panasnya matahari, tetap berjalanlah. Jika hari ini ketek kita basah untuk yang kesekian kalinya, selalu tersenyumlah.

Karena percayalah, selalu ada imbalan bagi mereka yang giat memperjuangkan harapan. Selalu ada bayaran besar bagi mereka yang terus bersabar. Selalu ada upah, bagi mereka yang pantang menyerah.

Karena kerja keras tak akan mengkhianati.

“Everything will be okay in the end. If it’s not okay, it’s not the end.” ― John Lennon


Juni 2014!

$
0
0

Bulan Mei kemarin, gua ngalamin beberapa kejadian seru. Jalan-jalan gratis pertama gua ke Resort World Sentosa Singapore, launching #FilmLuntangLantung, ketemuan sama Muhadkly Acho dan Soleh Solihun secara langsung, dan masih ada lagi hal-hal seru lainnya yang terjadi dalam hidup gua. Untuk itu, gua ingin menceritakannya sebagian pada bulan Juni ini. Karena kejadian seru harus bisa diabadikan, baik lewat tulisan ataupun gambar.

Salah satu yang udah ga sabar gua pengen ceritain adalah perjalanan gua bareng salah satu teman pembaca blog ke Resort World Sentosa pada tanggal 9-11 Mei 2014. Waktu itu, gua bikin kuis #RWSID #BarengRoy buat teman-teman pembaca. Kuisnya gampang, cukup share hal gila apa yang mau dilakuin kalo bisa ke #RWSID gratis #BarengRoy. Dan yang idenya paling gokil dan cara penyampaiannya lengkap itu… Fahmy Muchtar! Dia mau kayang dan berendem di kolam bola dunia Universal Studio! Gila ga tuh?

Serunya lagi, ke Singapura kemarin adalah pengalaman pertama Fahmy jalan-jalan ke luar negeri. Kalo ga ada halangan, gua bakal coba wawancaur dia dan ngorek-ngorek apa yang dia rasain dan gimana kesan-kesannya berkelana ke negeri orang untuk pertama kalinya.

Oiya, di blog ini juga ada beberapa hal baru yang coba gua capture dan share ke teman-teman. Pertama adanya 2 topik favorit baru. Kalo biasanya kalian bakal nemuin topik “Traveling” dan “Projects” di header bagian Topik Favorit, bulan ini gua menaikkan 2 kategori baru untuk menggantikan 2 kategori tadi. Dua kategori baru ini adalah “Stand Up Comedy” dan “Theme Park”.

Di topik Stand Up Comedy, kalian bisa nemuin ulasan-ulasan gua tentang pertunjukan stand up comedy yang gua tonton. Atau bisa juga hal-hal seputar stand up comedy lainnya. Sementara, di topik Theme Park, sehubungan dengan cita-cita gua dan si pacar untuk berkeliling theme park seluruh dunia, maka gua akan update terus cerita-cerita tentang theme park di topik ini.

Selain topik baru, ada juga beberapa segmen baru di blog ini. Seperti yang mungkin kalian udah baca, ada segmen “beberapa hal yang jangan dilakukan ketika melakukan hal lain”. Di segmen ini, gua akan menyusun dan mengulas beberapa hal tadi secara singkat dan seringnya, random abis. Contoh tulisan yang masuk dalam segmen ini, bisa kalian baca di sini, sini, atau sini.

Segmen baru lainnya adalah tulisan si pacar yang bakal hadir rutin di blog ini setiap bulannya. Yup, jadinya, selain di blog pribadinya, kalian bisa nemuin tulisannya di saputraroy.com. Bisa tentang review suatu tempat, pandangannya akan suatu masalah, atau cerita kesehariannya yang asik dan menggelitik.

Dan seperti biasa, sebelum gua menutup postingan kali ini dengan cover edisi Juni 2014, ijinkan gua untuk merekap perjalanan saputraroy.com di bulan Mei 2014:

  • Ada 7 postingan di bulan April yang semuanya publish di jam cantik 11:11 WIB
  • Kamis, 8 Mei 2014 adalah hari dengan traffic tertinggi sejumlah 1,106 views, di mana pada hari itu dipublish postingan Bukan Mimpi.
  • Referrers paling rame datang dari search engine (Google, Yahoo, Bing, dll.) yaitu sebanyak 3,660 dan peringkat kedua diduduki oleh Twitter sejumlah 1,075.
  • Total traffic untuk bulan April kemarin mencapai 14,100 views, dengan rata-rata 455 views per harinya.

Semoga dengan tema bulan ini, kalian makin betah main di sini dan bersama-sama kita pecahkan pencapaian bulan-bulan lalu.

Jadi, ini dia tema saputraroy.com bulan Juni 2014:

“Capturing moments”

Juni 2014

Gambar latar adalah milik pribadi yang diambil saat sedang mengalami exciting moments bareng teman pembaca saputraroy.com di Resort World Sentosa, dalam rangka ke #RWSID #BarengRoy.



Feel the Dolphin Island

$
0
0

Tanggal 9-11 Mei kemarin, gua diminta @rwsentosaID untuk mengajak seorang teman pembaca ikutan traveling dan seseruan di Resort World Sentosa, Singapura. Teman pembaca yang beruntung itu bernama Fahmy Muchtar, yang gua pilih berdasarkan kontes sederhana #RWSID #BarengRoy beberapa minggu sebelumnya.

Selain gua, ada 4 blogger lain yang juga mengajak teman pembacanya. Ada Ariev si Well Planned Traveler, ada Mbok Venus si Family-packed Traveler, ada duo Pergi Dulu si Travel Couple, dan terakhir, ada Adis, si Gembel Backpacker.

Kami terbagi menjadi 3 kelompok, di mana gua dipasangkan dengan Adis untuk mengajak teman pembaca kami masing-masing buat mengalami exciting moments di Universal Studio Singapore, Adventure Cove Waterpark, The Ocean Restaurant, dan Dolphin Island.

Di hari kedua dari trip menyenangkan itu; gua, Fahmy, Adis, dan Sarah mendapat kesempatan untuk berkunjung ke tempat yang sepertinya menjadi puncak dari itinerary grup kami selama di #RWSID: Dolphin Island. Waktu tau gua harus ke Dolphin Island, awalnya gua menolak. Itu karena kemampuan berenang gua yang baru selevel batu nisan.

“Aduh, Nggi, gua ga bisa berenang,” rengek gua ke Anggi, sang mastermind dari acara ini, “Mending gua disuruh manjat gunung. Atau melompati lingkaran api. Lalu berguling dan sikap lilin setelahnya. Tapi jangan yang berbau-bau kolam renang gitu.”

“Tenang aja, Roy. Ga bakal tenggelem kok. Cuma main-main air aja.”

“Gua mending main bola deh daripada main air. Atau main lobby. Lobby utama.”

“…”

Namun usaha gua sia-sia. Gua ga menanam pohon percuma, tapi usaha gua ternyata berbuah percuma. Pohon percuma, berbuah percuma. Hm, mungkin ada baiknya gua mulai menanam pohon dada.

Tapi untung Anggi bersikeras meyakinkan gua bahwa semua akan baik-baik aja. Karena saat memasuki area Dolphin Island, gua langsung disambut dengan lumba-lumba yang melompat dan mulut gua yang menganga.

“Wuooo,” gumam gua, kagum.

Rasanya gua belum pernah sedekat ini dengan lumba-lumba. Satu-satunya momen di mana gua sangat dekat dengan mamalia adalah saat berada di kendaraan umum, berdesak-desakan dengan mas-mas bau keringat. Seinget gua, mas-mas termasuk dalam golongan mamalia, meski puting susunya ga produktif.

Anyway, sampai mana tadi? Oh iya, lumba-lumba.

Hari itu, gua, Fahmy, Adis, dan Sarah dijadwalkan untuk mengikuti program Trainer for a Day, di mana kami bisa merasakan gimana sih jadi pelatih lumba-lumba itu. Sebelum makin jauh masuk ke dalam area Dolphin Island, kami diminta untuk mengganti pakaian dengan swinsuit khusus.

“This is for you,” kata salah satu petugas dengan ramah, sambil menyodorkan salah satu swimsuit.

Setelah mengucapkan terima kasih, gua langsung coba memasangkan swimsuit tersebut. Thanks to my belly, bajunya ga muat. Gua pun mengembalikannya ke petugas, “What size is it?”

“It’s L. What size do you usually use?”

“XL. X, like in X-Men. Because I’m a moody person so I’m mut-mutant.”

“…”

Setelah semuanya siap dengan swimsuit, kami langsung diperkenalkan dengan beberapa trainer yang menjadi pedamping kami hari itu. Sebelum memulai terlalu jauh, gua langsung bilang kalo gua ga bisa berenang. Sang trainer meyakinkan gua ga akan ada pengaruh apa-apa. Mereka bilang gua bisa tetap bisa mengikuti semua sesi meski gua ga bisa berenang. No worries.

Sesi pertama dari Trainer for a Day adalah mempelajari anatomi lumba-lumba. Kami masuk ke kolam dan sang trainer menjelaskan tentang organ tubuh dan kebiasaan lumba-lumba dengan lumba-lumba asli sebagai peraganya. Apa yang membuat seekor lumba-lumba senang, dari mana asal suara yang biasa mereka keluarkan, bagaimana membedakan kelamin pria dan perempuan lumba-lumba, serta masih banyak lagi hal-hal baru yang gua pelajari hari itu.

Selama penjelasan, kami dibebaskan untuk bertanya apapun. Harapan para trainer, kami bisa pulang dengan pengetahuan yang sama dengan mereka. Karena untuk menjadi pelatih, tahap pertama adalah kami harus mengerti siapa yang kami latih.

sesi anatomi tubuh

Sesi favorit gua adalah sesi kedua, ketika kami diberi kesempatan untuk belajar hand instructions. Kata sang trainer, lumba-lumba mampu mengenali bentuk instruksi tangan sampai ratusan jenis instruksi. Otak mereka mampu merekam setiap hand instructions, meski itu memerlukan latihan dan kesabaran super-ekstra. Lumba-lumba ga bisa dilatih dengan instruksi suara karena mereka berbicara di frekuensi yang berbeda dengan manusia.

Kami berempat diajarkan hand instructions yang berbeda-beda. Ada yang dapet hand instruction melambaikan tangan, berputar-putar, melompat, dan back flip. Yang perlu dijadikan catatan, setiap sukses melakukan sebuah instruksi, lumba-lumba harus diberi insentif positif. Entah itu berupa makanan, es batu, atau elusan di punggung.

Uniknya, pun jika mereka gagal menangkap apa maksud hand instruction kita, seorang trainer ga boleh memberikan insentif negatif. Sebagai seorang trainer, kami harus selalu memberi aura positif kepada lumba-lumba. Memberikan mereka semangat bahwa mereka bisa melakukan apa yang telah diajarkan. Sebuah pelajaran yang seharusnya bisa kita terapkan juga pada manusia.

dancing

Namun jadi seorang trainer bukan melulu soal berenang di kolam dan seseruan bareng lumba-lumba. Di sesi jelang makan siang, kami diajarkan bagaimana menyiapkan makanan untuk lumba-lumba. Menimbang, memilah, sampai menggosok lantai. Kita benar-benar bisa ngerasain jadi trainer sepenuhnya!

Yang gua kaget, ternyata setiap lumba-lumba punya program dietnya masing-masing. Mereka punya kotak makanannya dengan label nama dan diisi ikan dengan bobot yang berbeda-beda. Kami sebagai trainer harus pandai memilah-milah ikan yang masih baik. Ikan robek sedikit aja, harus dibuang ke ember kosong. Ga boleh dikasih ke lumba-lumba lagi karena ikan yang robek bisa terkontaminasi bakteri dan itu bisa bikin lumba-lumbanya sakit.

special diet

Sesi setelah makan siang banyak melibatkan kami berinteraksi dengan lumba-lumba di tengah kolam. Mulai dari intimate session, mempertajam hand instructions, berenang melintasi kolam didorong oleh lumba-lumba, dan mengeliling kolam di atas kano dengan lumba-lumba berenang di sekeliling kita.

Sekitar jam 4 sore, program Trainer for a Day kami akan segera selesai. Sebelum pulang, kami menutup sesi hari ini dengan hand instruction serempak oleh kami berempat. Setelah membaca gerakan tangan kami, empat lumba-lumba berenang dengan kilat secara bersamaan. Membelah air di kolam dengan gesit. Lalu melompat melingkar dengan cantiknya, juga secara bersamaan. Sekali, dua kali, tiga kali.

“WUOOO!” Sontak, kami berempat berdecak kagum dan bertepuk tangan.

Sebuah pemandangan yang ga bisa gua lupa. Sebuah pengalaman yang berbeda. Sebuah hari yang memorable.

group action

Namun sesungguhnya, susah untuk menuangkan betapa exciting-nya gua hari itu di Dolphin Island lewat cerita dan kata-kata. Karena seringnya, gua kesulitan menemukan kalimat yang tepat yang mampu menggambarkan gimana perasaan gua saat bisa berinteraksi sedekat itu dengan seekor lumba-lumba. Karena sesungguhnya, kalian harus merasakannya sendiri.

You have to feel it yourself.

Feel when the dolphins understand you. Feel how smart they really are. Feel how exciting the moment you spend with them. Feel the experience. Feel the difference.

Feel the Dolphin Island.

PS:

Semua foto pada postingan ini adalah milik Muhamad Adis (@takdos). Dilarang meminjam / menggunakan gambar-gambar ini tanpa ijin / mencantumkan sumbernya. Untuk informasi lebih lanjut tentang Dolphin Island bisa dilihat pada situs ini. Terima kasih.


Liburan Untuk Semua

$
0
0

Setelah mengikuti program Trainer for a Day di Dolphin Island; gua, Fahmy, Adis, dan Sarah, masih ada waktu beberapa jam lagi sebelum kami harus berkumpul di hotel untuk makan malam. Selisih waktu kosong itu memang diagendakan buat seseruan di wahana yang masih satu area dengan Dolphin Island: Adventure Cove Waterpark.

Adventure Cove Waterpark adalah taman bermain air yang gede banget dan masih termasuk dalam kawasan Resort World Sentosa, Singapura #RWSID. Tanpa panjang lebar lagi, di postingan kali ini gua akan ngejelasin beberapa zona yang sempet gua coba atau lihat selama di sana. Cekidot.

1. Adventure River

Cara terbaik memulai keseruan di Adventure Cove Waterpark adalah dengan mengambil ban dan pelampung, lalu menyusuri Adventure River. “Sungai” yang berarus pelan ini bisa bikin kita rebahan di atas ban dan menikmati setiap pemandangan sepanjang 620 meter. Ada air terjun, tetesan air dalam goa kelelawar, suasana hutan hujan tropis, dan masih banyak lagi.

Namun jangan khawatir bagi kalian yang pengen berenang di sepanjang sungai ini. Dengan kedalaman 0.9 meter, Adventure River memungkinkan bagi kalian yang ingin bergerak aktif. Bentuknya yang panjang dan berkelok-kelok dijamin bisa jadi arena membakar kalori buat kalian yang gemar berolahraga.

Gua sendiri memilih untuk mengambil ban dan memasrahkan diri pada arus sungai. Setelah seseruan di Dolphin Island selama 5 jam, kayaknya lebih bijak buat gua untuk bermalas-malasan sambil memanjakan diri dengan panorama yang disuguhkan Adeventure River.

Selain mata, telinga juga terpuaskan selama mengarungi Adventure River. Suara jangkrik di tengah hutan, suara kucuran air yang saling bertubrukan jadi soundtrack yang asik saat mata terpejam dan melepaskan penat di kepala.

Sebuah pengalaman yang syahdu.

2. Bluwater Bay

Di sepanjang Adventure River, kita akan dipertemukan dengan beberapa zona lainnya. Kalo kita pengen main suatu zona, tinggal berdiri dan berjalan keluar dari arus. Kalo udah selesai main, bisa balik lagi bermalas-malasan di aliran sungai. Ibarat sebuah kota, Adventure River adalah jalan arteri sementara zona lainnya merupakan mall atau restoran favorit.

Salah satu zona yang jadi favorit banyak orang adalah Bluwater Bay. Kita bisa merasakan asiknya terayun gelombang laut di zona yang berada di tengah-tengah Adventure Cove Waterpark ini. Bentuk zona ini menyerupai pesisir pantai, membuat kita seolah-olah berada di alam bebas meski sebenarnya sedang berada di wahana buatan manusia.

Setiap 15 menit, gelombang laut akan muncul dan orang-orang biasanya akan berlarian mengejar riak. Melemparkan diri ke ayunan gelombang yang seru namun juga menenangkan.

Jika kalian mengunjungi Adventure Cove bersama keluarga, Bluwater Bay adalah tempat yang cocok untuk dijadikan “basecamp”. Orang tua bisa duduk berteduh sambil memperhatikan anak-anak yang bermain dengan gelombang. Meski banyak lifeguard bertugas, sebaiknya anak kecil selalu ditemani dan mengenakan pelampung ya.

3. Spiral & Whirlpool Washout

Ini dia zonanya penikmat adrenalin rush.

Setelah santai-santai mengambang di Adventure River, kalian harus nyobain minimal 2 slides ini. Terletak ga jauh dari Bluwater Bay, kita bisa dengan mudah menemukan 2 slides ini dari warna hijaunya yang menggantung tinggi atau dari antrian panjang yang udah ga sabar pengen nyobain.

Yang membedakan Spiral dan Whirlpool adalah bentuk dan durasinya. Spiral, seperti yang udah terjelaskan oleh namanya, berbentuk spiral dengan durasi turun yang lebih lama dari slide sebelah. Whirlpool sendiri berbentuk seperti toilet dan membuat kita seolah-olah sedang di-flush masuk ke dalam lubang jamban!

Serunya, kita bisa berpasang-pasangan untuk naik kedua slides ini. Jadi untuk anak-anak yang takut-takut berani bisa naik dengan ditemani orang tuanya. Begitu juga bagi orang tua yang khawatir. Model berpasang-pasangan begini, sedikitnya bisa menenangkan mereka yang ga berani melepas anaknya main slides sendirian.

Hari itu, gua cuma nyobain yang Whrilpool. Adrenalin yang menendang-nendang dalam badan bikin mulut gua berteriak kesenangan sepanjang menyusuri slides. Di bagian pipa yang terbuka, sempet ngeri juga bakal terplanting ke luar. Membuat adrenalin, lagi-lagi, terpacu cepat. Saat ban mulai mengayun pelan dan jantung berdetak normal, tiba-tiba arus air membuat ban kembali bergerak cepat dan menyusuri turunan pipa yang lumayan curam. Dan dalam hitungan detik, gua udah mendarat kembali di Adventure River.

BYUR!

Seru abis.

4. Dueling Racer

Bentuknya slide yang lurus dengan track yang lumayan panjang. Awalnya keliatan biasa aja, tapi menjadi menarik karena kita menyusuri slide ini bersebelah-belahan. Beradu kencang menuruni slide jadi seru banget terutama buat mereka yang berjiwa kompetitif tinggi.

Jika ke Adventure Cove Waterpark rame-rame, wahana ini pas banget buat seseruan bareng. Apalagi buat yang masih remaja atau yang berjiwa muda. Ga heran, waktu gua ke sini, antrian Duelign Racer jadi salah satu yang paling panjang dan mayoritas diisi oleh muda-mudi.

5. Big Bucket Treehouse

Kalo kalian bawa anak-anak, pastikan mengunjungi wahana ini. Big Bucket Treehouse cocok banget buat anak-anak, meski tetep harus memperhatikan tinggi badan yang menjadi requirement-nya.

Ada jaring, pistol air, tangga, roda-roda, dan ember segede babon yang pastinya bisa bikin anak-anak betah berlama-lama main di sini. Selain itu, ada juga perosotan dengan kemiringan landai yang membuat orang tua tenang melepas anaknya main di sini.

Gua sendiri ga sempet nyobain Big Bucket Treehouse. Mesti pengen, tapi rasanya badan gua terlalu besar untuk disangka anak-anak, dan terlalu berbulu untuk dikira remaja. Jadi ya, gua sadar diri dan hanya bertekad dalam hati, untuk membawa anak-anak gua ke sini, jika udah punya nanti.

Amin.

BigBucket

Sebetulnya masih banyak lagi zona-zona seru di Adventure Cove Waterpark. Ada Rainbow Reef di mana kita bisa snorkling-in ikan dan karang yang warna-warni kayak pelangi. Juga ada Ray Bay di mana kita bisa berinteraksi dengan ikan pari.

Namun gua, Fahmy, Adis, dan Sarah memutuskan untuk kembali ke hotel. Waktu memaksa kami untuk pulang karena satu jam lagi kami harus berkumpul dan makan malam bersama. Kami masih butuh waktu untuk bersih-bersih, jadi sebaiknya kami balik segera.

Setelah beres membilas badan, gua pun beranjak ke hotel, sambil memegang asa untuk kembali lagi ke Adventure Cove Waterpark saat suasananya ga seramai weekend ini. Di tengah perut yang mulai lapar dan kaki yang melangkah pulang, gua membuat kesimpulan ini di kepala.

Sebagai orang yang punya kemampuan berenang setara bangke kapal, awalnya gua khawatir kalo gua ga akan bisa menikmati wahana ini. Tapi seperti halnya gua salah menilai Dolphin Island, gua pun salah lagi di sini.

Ternyata Adventure Cove Waterpark cocok buat semua kalangan. Mulai dari keluarga yang membawa anak-anak, sampai jomblo kesepian yang lagi males gerak. Untuk pasangan muda pencari adrenalin, atau pengantin baru yang cuma ingin cari angin. Bagi para perenang maut, atau bagi gua yang cuma bisa diem kayak marmut kejebur laut.

Percayalah, Adventure Cove Waterpark memang tempat liburan untuk semua.

PS: Untuk informasi lebih lanjut tentang Adventure Cove Waterpark, Resort World Sentosa, Singapura bisa dibaca di sini. Gambar dipinjam dari sini. Terima kasih.


49 Hal yang Jangan Dilakukan Ketika Sedang Dalam Pesawat

$
0
0

1. Saat mau masuk pesawat, melepas alas kaki.

2. Merokok. Ingat kata Abang-abang yang ada di setiap iklan dan bungkus rokok: “Merokok membunuhmu.”

3. Berdiri dekat pintu. Lalu saat akan diminta untuk duduk oleh pramugari, malah beralasan, “Saya turunnya deket kok. Bentar lagi juga turun.”

4. Bertanya ke pramugari, “Mbak, gerbong khusus wanitanya sebelah mana ya?”

5. Duduk di bagian atas pesawat.

6. Sambil memukul-mukul galon air dan bernyanyi lagu-lagu tentang Persija.

7. Atau Persib.

8. Atau combo keduanya.

9. Duduk di kursi yang tidak sesuai dengan nomor. Misalkan dapat nomor kursi 16 C, tapi malah duduk di pangkuan pilot yang sedang bekerja mengendali pesawat supaya baik jalannya. Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk.

10. Tertawa keras penuh arti saat mendapat kursi dengan nomor 36 B.

11. Duduk di kursi yang salah. Harusnya duduk di 9 A, malah duduk-duduk di rumah. Itu namanya ketinggalan pesawat.

12. Meminta pramugari untuk memijit pundak dan kaki.

13. Atau meminta pramugari untuk menjadi pacar.

14. Atau meminta pramugari untuk menjadi pacar hanya demi bisa dapet pijatan di pundak dan kaki.

15. Menonton televisi. Yang dibawa sendiri. 42 inch. Layar cembung.

16. Bermain games yang memerlukan space besar. Seperti gobak sodor, lompat karet, atau wak wak gung.

17. Berkampanye. Apalagi sampai debat dengan penumpang sebelah.

18. Melarang seseorang bertepuk tangan sebelum dipersilahkan.

debat capres

19. Melakukan sikap lilin di tempat duduk.

20. Membawa handuk. Gayung. Odol. Lalu mandi di kamar mandi pesawat.

21. Mengajak seluruh penumpang untuk bergoyang poco-poco. Meski ngana pebodi poco-poco, sebaiknya ngana duduk tenang sajalah.

22. Menaplaki meja lipat.

23. Bermain petak umpet lalu memutuskan untuk bersembunyi di kabin.

24. Atau di dalam rok pramugari.

25. Menganggap gerakan pramugari saat menjelaskan tata cara memakai pelampung adalah sebuah gerakan tari kontemporer yang patut dipelajari.

26. Saat masker oksigen keluar dari kabin, bertanya ke pramugari, “Mbak, ini maskernya ga ada yang motif leopard?”

27. Atau motif Spongebob.

28. Membawa pelampung pulang ke rumah agar bisa dipake saat ke mall untuk ngeceng. Bu, Pak, ini bukan vest gaul.

29. Bertanya ke pramugari, “Mbak, saya gerah. Ini buka jendelanya gimana ya?”

30. Menyiapkan uang kecil untuk ngasih ke pengamen.

31. Naik ke pesawat lalu teriak-teriak sambil berjalan bolak-balik di aisle, “Ibu, Ibu, Bapak, Bapak, daripada saya merampok, daripada saya menodong, lebih baik saya minta-minta ya, Ibu Bapak!”

32. Meminta minuman keras. Ingat, minuman itu berbentuk cair, jadi tidak keras.

33. Duduk di sayap pesawat.

34. Sambil bernyanyi, “I believe I can fly~”

35. Berharap saat pramugari bolak-balik menjual makanan, mereka berteriak, “Cangcimen! Cangcimen! Kacang kuaci permen!”

36. Saat pramugari menawarkan souvenir dan merchandise, bertanya, “Gratis ongkir ga, Sis?”

37. Minta tukeran tempat duduk. Dengan pilot.

38. Saat lepas landas, menyalakan peralatan elektronik seperti blender, microwave, atau kulkas dua pintu. Susah bawanya.

39. Bertanya ke penumpang sebelah, “Mas, ini pesawat jurusan Surabaya ya? Kalo saya turun di Semarang, bayarnya berapa ya? Lebih murah goceng ga?”

40. Turun dengan kaki kiri duluan.

41. Atau dengan dua kaki bersamaan. Itu namanya lompat.

42. Memakai rok dengan belahan tinggi seperti pramugari. Padahal laki.

43. Terpisah jauh dengan barang bawaan. Misalkan, kita duduk di kursi 7 A, tapi barang ada di rumah. Kan jauh.

44. Membawa bantal sendiri ke dalam pesawat. Dan guling. Dan selimut. Dan springbed King Koil ukuran kingsize.

45. Melakukan gerakan-gerakan senam lantai di sepanjang aisle, seperti rol depan, rol belakang, dan lompat harimau.

46. Duduk di dekat pintu darurat, lalu membuat palang bertuliskan, “Yang mau lewat, bayar Rp 3,000,-”

47. Menakuti-nakuti penumpang sebelah dengan mengeluarkan sebuah baut besar dari kantong, lalu bilang, “Eh, ini kok ada baut yang lepas ya?”

48. Saat mau berhenti, berdiri, mengetok langit-langit, lalu berteriak, “Bang, kiri, Bang!”

49. Membuat daftar 49 hal yang jangan dilakukan ketika sedang berada dalam pesawat lalu di-post sesaat setelah mendarat dan tiba di bandara kedatangan.


Wawancaur: First Time Foreigner

$
0
0

Seperti halnya kebanyakan orang Indonesia, destinasi traveling ke luar negeri gua adalah ke Singapura, negara tetangga dengan akses dan transportasi yang tergolong mudah untuk dimengerti.

Begitu juga dengan narasumber wawancaur gua kali ini. Pengalaman pertamanya menjadi foreigner adalah dengan melancong ke negara berlambang singa dan berjuta denda ini. Namun spesialnya, pengalaman pertamanya ini ia dapatkan secara cuma-cuma. Lho kok bisa? Sebelum makin jauh, perkenalkan dulu, dari sudut biru, Fahmy Muchtar!

Pemilik akun @FHMYMCHTR adalah salah satu teman pembaca blog saputraroy.com yang berpartisipasi di kuis #RWSID #BarengRoy dan keluar sebagai pemenang. Sebagai hadiahnya, Fahmy berhak mendapatkan weekend getaway ke Resort World Sentosa (#RWSID) selama 3 hari 2 malam. Menginap di salah satu hotel berbintang di kawasan #RWSID, makan di restoran-restoran nomor wahid, dan berkesempatan untuk mengalami ratusan exiciting moments!

Gimana sih rasanya jadi foreigner untuk pertama kalinya? Dan cerita seru apa yang Fahmy bawa dari perjalanannya kemarin? Dua pertanyaan tadi dan beberapa lainnya bakal terjawab di sesi wawancaur kali ini.

Wawancaur adalah proses wawancara yang dilakukan secara awur-awuran. Pertanyaan disusun semena-mena dan boleh dijawab suka-suka. Proses wawancaur dengan Fahmy benar-benar dilakukan via Whatsapp. Wawancaur diedit sesuai kebutuhan. Gambar adalah milik pribadi saat jalan-jalan ke #RWSID #BarengRoy. Terima kasih.

fahmy muchtar

Halo, Fahmy. Udah siap diwawancaur belum?

Siap, Bang!

Bagus. Jawabnya “Siap, Bang!” Karena kalo lu jawabnya “Kiri, Bang!”, gua reflek nginjek rem. Mulai pertanyaan pertama ya.

Oke, Bang!

Awal Mei kemarin, lu berkesempatan menang jalan-jalan gratis ke #RWSID selama 3 hari 2 malem. Ceritain dikit dong awal mula perjalanan lu itu?

Awalnya, waktu itu baru aja sampe kost setelah pulang kerja. Sebagai anak masa kini, yang pertama kali dibuka adalah Twitter karena seharian hari itu belum Twitteran.

Cie, #TwitterOD nih ye.

Nah, saat lagi scroll-scroll timeline, nemu twit yang pakai hashtag #RWSID. Waktu itu nggak penasaran sampe nyari-nyari. Tapi beberapa hari setelah itu nemu lagi tulisan tentang #RWSID di blog Bang Roy, yang meski nggak sering buka blognya (pengakuan), tapi mungkin udah rejekinya, akhirnya ikutan kuisnya deh. Dan akhirnya menang.

Wah, pembaca musiman ternyata!

Ampun, Bang, ampun X)))

Kuis gua waktu itu menantang pembaca untuk cerita ke gua dan temen-temennya via social media, hal tergila apa yang bakal dilakuin selama di #RWSID #BarengRoy. Emangnya waktu itu lu mau ngapain?

Waktu itu sempet pusing mau ngelakuin hal gila apa. Karena sebenernya belum pernah ngelakuin sesuatu hal yang gila kecuali berani mencintai.

PRET!

Tapi setelah berpikir panjang selama kurang lebih lima menitan…

Kurang panjang oy!

…terpikirlah ide gila yang semoga membawa gue ke #RWSID #BarengRoy dan menjadi perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya.

Yaitu?

1) Berenang di kolam bola dunia Universal Studio Singapore sampe dikejar sekuriti!
2) Main Golf di SEA Aquarium!

Oiya, waktu itu lu nyampeinnya lewat kultwit terus lanjut ke tumblr ya? Gua inget tuh soalnya yang ngedukung lu banyak bener! :)))

Yoi dong!

Nah, tadi lu bilang kalo ke #RWSID #BarengRoy ini adalah pengalaman pertama lu ke luar negeri. Gimana perasaan lu pertama kali traveling ke luar negeri, gratis pula?

Perasaannya nggak bisa diungkapin sama kata-kata.

Gua udah nyusun pertanyaan susah-susah, jawabnya gitu doang…

Hahahaha.

Ceritain dikit dong tentang pengalaman jalan-jalan di Resort World Sentosa!

Jalan jalan kemaren, menjadi salah satu momen yang akan terus diinget.

Karena?

Bukan hanya karena fun-nya aja bisa ke #RWSID dan ke luar negeri, tapi ada juga beberapa kejadian yang bikin terharu dan kejadian bodoh.

Kita bahas fun-nya dulu deh. Apa tuh momen fun-nya?

Yang fun, tentu aja pas ke USS dan Dolphin Island. Permainan canggih yang luar biasa keren dan pengalaman jadi trainer Lumba Lumba sampe makan siang dengan pemandangan Aquarium raksasa.

Terharunya?

Ketika sesaat sebelum mendarat di Changi, tersadar bahwa Tuhan baik banget ngasih kesempatan jalan jalan gratis ini.

Nah, kejadian bodohnya?

Ditinggal rombongan ke bandara saat pagi itu mau pulang ke Bandung! Termasuk sama lu, Bang! Parah!

Bahahahak! Lagian lama sih!

Nggak ada yang aneh sebenernya sampe mau ketinggalan pesawat itu. Jadwal ke bandara dari hotel sekitar jam 8, dari jam setengah 6 udah bangun karena mau sarapan dulu. Bahkan saat Bang Roy ngetok kamar buat bangunin sekitar jam 6-an, gue udah siap-siap mau mandi.

Mandinya inilah yang jadi bencana. Nggak kerasa banget, di dalam kamar mandi hampur satu jam setengah! Beres beres udah jam setelah 8.

MANDI APA BANGUN CANDI TUH! X))

Abis mandi, langsung turun ke bawah, lari, dan di lobby gak ada siapa siapa selain Ariev Rahman dengan santai bilang, “Yang lain udah ke bandara, lo ditinggal”

Setelah bengong beberapa saat, makin bengong lagi saat tiba-tiba ada suara nyapa, “Yang lain udah berangkat?”

Ternyata itu suara Edo (peserta trip ke #RWSID lain) yang ternyata juga ditinggal rombongan.

Lalu, lalu?

Lalu gue sama Edo, lari sekenceng-kencengnya ngejar bus hotel yang semoga masih bisa kekejar.

Nggak deng, boong.

Karena udah tanggung ketinggalan, akhirnya kita sarapan dulu aja. Gue, Edo, dan Ariev sarapan di Hard Rock dengan tenang tanpa beban dosa karena telat :/

Sarapan beres, gue bareng Edo nyari taksi, pisah sama Ariev yang mau ke Batam. Setelah nyanpe bandara, bayarnya lumayan juga, 20$ SG :/

LAGIAN LU MANDINYA LAMA BENER!

Nggak nyadar, Bang. Suer! Pake air anget, keenakan :))

Biasa mandi ujan nih kayaknya :))

X)))

Apa bagian favorit lu selama perjalanan kemarin?

Bagian paling favorit? Semuanya! Kalau bisa pengen diulang lagi!

Iya sih, gua juga pengen ngulangin semua exciting moment pas di #RWSID kemarin.

Tuh kan.

Tapi kalo disuruh milih satu aja. Apa?

Tapi kalau yang paling berkesan, yaitu saat makan siang di Ocean Restaurant. Suasana restoran di dalam aquarium dengan hidangan yang luar biasa enak itu jadi pengalaman luar biasa lah pokoknya.

Sebagai pelancong yang pertama kali ke Singapura, hal apa yang paling mengagetkan lu dari negara tetangga ini?

Saat malam terakhir acara liburan di #RWSID, nyempetin jalan-jalan ke kota Singapura. Thank God ada Ariev yang mau nemenin, karena pasangan liburan gue yang mana itu elu, Bang, udah kecapean ikut kegiatan di siang harinya.

Umur ga bisa bohong, My. Lanjut!

Bareng Mas Ariev malam itu, kami jalan jalan ke Orchard Road, jalan kaki dari ujung ke ujung, dan lumayan cape tapi tetep lanjut ke Merlion. Selama jalan kaki itu, ngerasa beda banget sama kota-kota di Indonesia. Disiplin banget orang-orangnya. Gimana negara semaju Singapura, ternyata berbanding lurus perilaku orang orangnya yang juga maju.

Selain tentunya yang bikin gue kagum adalah tata kota dan struktur kotanya yang rapih dan bersih banget.

Biasanya, lu mengabadikan momen traveling lu lewat apa, My? Foto, video, kata2? Dan kenapa?

Lewat kata, karena untuk foto nggak punya kamera yang lumayan bagus. Banyak tempat keren yang jadi jelek karena gue foto pake kamera handphone.

Pertanyaan terakhir nih. Ada kata-kata penutup buat temen-temen yang mungkin lagi merencanakan perjalanan ke #RWSID?

Buat siapapun yang mau ke RWSID, sarannya cuma satu. Jangan ke sana sebentar! Banyak banget yang bisa dinikmati dan butuh berhari-hari biar bisa santai nikmatinya.

Jadi, jangan buru buru!


Antara Gua dan Mobil yang Berkecoa Itu

$
0
0

Ada banyak alasan kenapa orang ga suka sama kecoa.

Kotor, jorok, bawa penyakit, belum mapan, ibadahnya masih bolong-bolong, dan masih banyak hal lainnya. Gua adalah salah satu dari kalangan yang benci sama kecoa. Dan semakin benci gara-gara kejadian yang gua alamin beberapa minggu yang lalu.

Dua minggu lalu, saat sedang nyetirin si pacar pulang ke rumahnya, tiba-tiba gua merasa ada rambatan-rambatan aneh di sekitar betis saat mobil sedang terhenti di perempatan. Gua kira si pacar lagi ganjen, eh tapi kok lama-lama rasanya beda ya? Kenapa jempol kakinya kecil-kecil dan rada tajem? Penasaran, gua pun ngeliat ke bawah.

Ternyata. Itu. Kecoa.

Sontak gua langsung angkat kaki dari pedal rem. Untung waktu itu lagi lampu merah. Coba kalo lagi jalan, bisa-bisa gua membahayakan diri dengan melepas setir dan jejeritan. Tapi gua memilih untuk lebih bijak dengan memenjamkan satu mata lalu berteriak bak Jaja Miharja, “Apaan tuh?!”

“Kamu kenapa?” tanya si pacar.

“Itu ada kecoa!”

Pengen langsung gua pukul, tapi kecoanya keburu melarikan diri. Dengan warna badan yang gelap, si kecoa menghilang dari pandangan dalam sekejap. Kilat.

Sepulang nganterin pacar, gua langsung mencari keberadaan si kecoa. Buru-buru gua ambil senter dan sapu lidi. Siap-siap membunuh kecoa jika dia muncul dari kegelapan. Tapi ternyata jalan ceritanya ga semudah ini. Si kecoa ga ketemu di mana-mana. Di balik kursi, ga ada. Di kolong pun, ga ada. Di bagasi, juga ga ada. Nemuin kecoa dalam mobil gua ternyata lebih susah dari saat Columbus nemuin benua Amerika.

Karena ga ketemu, gua mikir ya udah lah, mungkin tadi si kecoa cuma nebeng mobil gua dan turun di tengah jalan terus nyambung naik busway ke Pulo Gadung. Padahal kalo mau nebeng dia tinggal bilang aja. Terus kalo udah mau turun, kan bisa bilang, “Aku rasa cukup sampai di sini.”

Bentar, itu nebeng pulang apa ngajak putus?

Anyway, kayaknya sih kecoanya udah ga ada di mobil. Bersih, lenyap, raib. Malam itu senter dan sapu lidi gua pulangkan ke tempatnya semula. Kisah pencarian kecoa udah selesai. Minimal selesai untuk hari itu. Karena beberapa hari kemudian, giliran kaki nyokap gua yang digerayangi si kecoa.

“KYAAA!”

“Kenapa, Ma?”

“Ada kecoa!”

Begitu sampe di rumah, lagi-lagi gua bongkar mobil. Semua barang yang ada di dalam mobil, gua keluarin. Bener-bener meneliti sampe ke balik karpet dasar.

“Woy, kecoa! Keluar lo kalo berani!”

Anjir, jagoan banget ya gua?

Udah ditunggu-tunggu tapi kecoanya ga nongol-nongol. Bingung mesti gimana lagi, akhirnya gua semprot obat nyamuk ke seisi mobil dan tutup pintunya rapet-rapet.

Karena penasaran, gua langsung gugling hal-hal tentang kecoa. Dari hal unik sampe cara membunuhnya. Gara-gara ini, gua jadi tau beberapa trivia tentang kecoa. Salah satunya, kecoa bisa melahirkan 6-8 tempat telur yang bisa menghasilkan 180-320 kecoa baru dalam 6 bulan. Gile ga tuh? Kalo kelamaan di dalam mobil, bisa-bisa kecoanya beranak pinak dan ngadain pilpres di dalam situ.

Gua juga baru tau kalo kecoa bisa hidup tanpa kepala selama beberapa hari sebelum akhirnya mati karena kelaparan. Jadi bisa aja, di pergaulan kecoa masa kini, ada 2 kecoa yang ketemu di jalan dan dialog seperti ini terjadi.

“Jon, apa kabar lu?”

“Baek.”

“Ngomong-ngomong, kepala lu mane, Jon?”

“Putus. Biasalah. Gue cuma jadi agak ribet aja nih kalo mau pasang behel.”

Beberapa hari berlalu, si kecoa ga muncul-muncul lagi. Gua udah mulai tenang dan beranggapan kecoanya mati overdosis gara-gara obat nyamuk yang gua semprot waktu itu. Tapi lagi-lagi, ceritanya belum selesai sampai di sini, dan malah, makin ngeselin.

Si kecoa mulai kelaperan dan akhirnya mulai makan apa aja. Yang jadi korban adalah setir mobil gua. Bahannya yang terbuat dari entah-apa-yang-jelas-kenyel-kenyel, rusak di beberapa tempat. Gua curiga setir itu dimakan si kecoa karena ga jauh dari tempat rusaknya setir ada kotoran kecoa berceceran.

setir mobil

Sebel. Kesel. Marah. Awalnya si kecoa cuma grepe-grepe kaki, sekarang mobil gua dijadiin cemilan. Abis ini apa lagi? Mau minjem mobil gua buat malem mingguan terus bensinnya ga diganti?

Ini ga boleh berlarut-larut. Teror kecoa dalam mobil ini harus segera dihentikan. Tapi gimana? Dicari-cari, ga ketemu. Disemprot obat nyamuk, ga mempan. Jadi, gimana dong cara menghentikan teror kecoa jahanam ini?

Lalu sekonyong-konyong, gua kepikiran satu ide penghilang kecoa dari mobil yang paling ampuh. Yang gua jamin pasti bisa menghilangkan kecoa dalam mobil. Sebuah metoda yang pasti mujarab.

Yaitu… jual aja mobilnya.

Kalo gua jual mobilnya, maka masalah kecoa dalam mobil gua pun hilang. Hilang bersama dengan mobil-mobilnya.

Sebagai gantinya, gua bisa cari-cari mobil baru atau bekas di situs jual beli mobil kayak carmudi.co.id. Semua jenis mobil ada di situs itu, dan pastinya, ga ada kecoanya. Gua jadi ga perlu pusing-pusing lagi soal kecoa. Solutif abis.

Namun sebelum pikiran gua untuk menjual mobil semakin meliar, kakak gua menyarankan untuk membawa mobilnya ke salon mobil. Karena biasanya, mobil akan di-vacum dan harapannya kecoanya bakal ikut kesedot.

Berbekal saran itu, gua pun mengunjungi salon mobil yang ada di parkiran salah satu mall. Ini adalah kali pertama gua nyalonin mobil. Gua pilih yang ada di parkiran mall biar lebih terpercaya dan bisa sambil makan atau jalan-jalan sama si pacar waktu nunggu mobilnya disalonin. Dua-tiga jam kemudian, gua dikabarin kalo mobilnya udah siap.

Begitu sampe salonnya lagi, gua langsung mengajukan satu pertanyaan maut ke tukang salonnya.

“Mas,” panggil gua.

“Ya, Pak?”

“Tadi nemuin…” Gua diem sebentar. Mungkin pas gua bilang gitu, Mas tukang salon mulai mikir kalo gua ngumpetin senjata atau narkoba di dalam mobil dan berharap dia ga menemukannya.

“I… iya, Pak? Ken… ken… kenapa, Pak?”

“Tadi nemuin… kecoa ga?”

“Eh?”

“Ada ga, Mas? Kecoa?”

“A… ada, Pak. Iya, ada satu, Pak.”

“Kunaikkan puji syukur hanya pada Tuhan pemilik alam semesta!” pekik gua kegirangan, “Makasi ya, Mas!”

Gua menjabat tangan si Mas dan berjalan dengan hati yang lapang ke arah kasir. Ga usah khawatir setir gua dicemilin, atau kaki gua digerayangi. Teror kecoa gua nyatakan selesai sampai di sini. Tapi begitu sampai kasir, ada satu teror lagi yang muncul. Teror buat dompet.

“Berapa, Mbak?” tanya gua.

“400 ribu, Pak.”

“Hah?! Buset! 400 ribu?! Aisianying!

Nyalonin mobil 400ribu? Ini mobil gua sekalian dikondein sama dibeskap apa gimana sih?! Gua rasa dipakein sabun lulur yang gambarnya putri raja nih! Aisianying lah, aisianying!

Gua pun mengeluarkan empat lembar uang bergambar Soekarno Hatta dari dalam dompet. Dengan tatapan yang seolah bilang ‘tolong jaga mereka baik-baik’, gua menyerahkan 400ribu ke tangan si Mbak.

Empat ratus ribu gua melayang. Semua gara-gara kecoa jahanam.

Pffft.


Viewing all 283 articles
Browse latest View live